“Kami bertemu di sebuah konferensi akhir 2022, lalu lanjut berkolaborasi karena punya visi yang sama: penelitian sains untuk penemuan obat baru,” tutur Fahrul.
Perjalanan Penelitian
Proses penemuan ini dimulai sejak 2022, melalui serangkaian tahapan: integrasi literatur herbal dengan teknologi modern, in silico screening, validasi metabolomik, hingga uji awal in vitro.
“Lebih dari satu tahun, kami berinvestasi penuh—mulai dari karakterisasi senyawa hingga uji eksperimental pada hewan percobaan,” kata Juan.
Namun perjalanan itu tidak mudah. “Kesulitan terbesar adalah keterbatasan fasilitas riset di dalam negeri, mulai dari instrumen canggih hingga pendanaan berkelanjutan. Tapi dengan kolaborasi internasional dan kreativitas memaksimalkan sumber daya lokal, tantangan itu bisa dilewati,” tambahnya.
Baca Juga: JPPI: Pendidikan Harus Dibersihkan dari Gurita Korupsi
Harapan Masa Depan
Saat ini, Juanleoxy Fahrulanoside masih berada pada tahap penelitian dasar. Ke depan, senyawa ini bisa dikembangkan menjadi berbagai bentuk, mulai dari kapsul ekstrak, tablet, hingga minuman fungsional. Semua tentu memerlukan perjalanan panjang: uji praklinik, uji klinik, sampai izin edar.
“Penelitian ini memberi harapan baru dalam pengendalian diabetes dengan mekanisme GLP-1 yang terbukti penting secara klinis. Jika dikembangkan lebih lanjut, ia bisa menjadi dasar terapi yang efektif, aman, dan berbasis kekayaan hayati di sekitar kita,” kata Juan.
Integritas dan Misi Ilmiah
Bagi keduanya, keberhasilan ini tak hanya soal prestasi ilmiah, melainkan juga integritas riset. Juan menegaskan, “Integritas bukan sekadar mencegah plagiarisme, tapi budaya akademik: bagaimana data dikumpulkan, dianalisis, dilaporkan, hingga keberanian menolak manipulasi. Indonesia punya banyak talenta, tapi tanpa integritas, riset sehebat apa pun kehilangan makna.”
Baca Juga: Komunikasi Strategis di era digital, Jurnalis jadi Kunci Informasi
Fahrul menambahkan, alasan mereka sederhana: “Diabetes adalah masalah global yang juga menghantam Indonesia. Kami ingin menghadirkan solusi berbasis sumber daya alam negeri sendiri, yang bisa bersaing secara ilmiah di panggung internasional.”