Sugeng, Pria yang Ajak Keluarganya Tinggal di Kebun Terima Bantuan

Photo Author
- Jumat, 22 Januari 2021 | 07:30 WIB
Sugeng menerima bantuan dari Baznas Purworejo. (Foto: Jarot S)
Sugeng menerima bantuan dari Baznas Purworejo. (Foto: Jarot S)

PURWOREJO, KRJOGJA.com - Miris nasib Sugeng Raharjo (43). Awalnya, ia tidak menyangka bakal mengalami ujian berat akibat pandemi Covid-19. Namun segala daya akhirnya kandas akibat situasi yang sangat tidak bersahabat itu. Sugeng terpaksa mengajak istri dan anaknya tinggal di sepetak bangunan di tengah kebun di Dusun Kedungdowo Kulon Desa Trirejo Kecamatan Loano.

Sugeng menceritakan awal mula hingga akhirnya 'terdampar' di Desa Trirejo. Jauh sebelum pandemi, Sugeng bekerja sebagai buruh di Jakarta, namun karena ada pengurangang tenaga kerja, ia akhirnya memutuskan merantau ke Purworejo.

"Sebetulnya Purworejo bukan asal saya, tapi saya lahir di Semarang. Namun saya ke Purworejo karena ada sejarah, yaitu ibu saya asli Trirejo dan sekarang masih punya kerabat di Trirejo," ungkapnya kepada KRJOGJA.com, Rabu (21/1/2021).

Namun, ia tidak bergantung pada kerabatnya. Sugeng dan keluarga kecilnya mengontrak rumah di Kutoarjo dan bekerja sebagai tukang bangunan. Istri Sugeng, Nengsih Surtini membuka usaha jualan jajanan di depan SD Kutoarjo.

Hingga pandemi muncul dan meluas hingga Purworejo. "Tempat saya bekerja kena lockdown, saya lalu bantu istri jualan jajanan. Tapi tidak begitu lama, sekolah juga ditutup, akhirnya lapak dagangan ditutup," katanya.

Sugeng dan Nengsih sempat berusaha bertahan selama beberapa waktu. Namun karena tidak ada pembeli, akhirnya mereka menyerah. Gerobak dagangan pun dijual untuk menyambung hidup. Sampai akhirnya uang itu habis mereka gunakan.

Sugeng pun menghubungi kerabatnya dan menceritakan persoalan yang dihadapi. Mereka tanggap dan memberikan bantuan. Kerabat mengikhlaskan sedikit tanah untuk dibangun rumah berukuran 3 x 3 meter.

Bangunan itu sederhana, hanya berdinding seng dan beratap genting. Namun lantainya sudah disemen. Cukup bersih meski dalam satu ruangan itu, kasur dan dapur dijadikan satu. Untuk mandi, cuci dan kakus, mereka memanfaatkan sumber air yang di salah satu sudut kebun.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan seorang anak, Sugeng bekerja serabutan. Namun sebagai buruh serabutan, hasilnya tidak menentu, tergantung ada tidaknya orang yang meminta bantuan. "Kalau pas tidak ada kerjaan yang makan apa yang ada di kebun, atau terpaksa meminjam uang," tuturnya.

Masalah lain mendera keluarga itu. Mereka tidak masuk dalam jaminan sosial pemerintah. Pasalnya Sugeng dan Nengsih tidak tercatat sebagai warga Kabupaten Purworejo. Sugeng ber-KTP Semarang sedangkan Nengsih Banten.

Mereka belum dapat mengurus kepindahan lantaran tidak memiliki uang. Mereka lebih memilih menggunakan uang yang didapat untuk menyambung hidup daripada mengurus kepindahan penduduk. "Saya sadar status domisili ini jadi masalah, tapi apa daya tidak punya uang dan kalau ada pun habis untuk makan. Dulu saya tidak kepikiran untuk pindah ke Purworejo, sebab cita-cita saya sebenarnya ingin kembali ke Semarang, tapi mau bagaimana lagi, ada pandemi yang membuyarkan impian itu," terangnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Ribuan Kendaraan Kena Tilang ETLE, Ini Pelanggarannya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:10 WIB

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

Khitan Massal Warnai Perayaan HUT Pertamina di Cilacap

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:55 WIB
X