DALAM masyarakat sering ada kepercayaan bahwa orang yang akan meninggal biasanya ‘berpamitan’ kepada keluarganya. Peristiwa ini dialami Bagus(bukan nama sebenarnya). Malam itu ibunya masuk rumah sakit. Bagus dan ayahnya pun menjaganya. Setelah malam larut, Bagus dan ayahnya pun pulang ke rumah.
Ayah Bagus sudah sepuh. Jadi tidak bisa menjaga di rumah sakit. Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, Baguslah yang menjaga orang tua mereka. Sedang tidur-tiduran, tiba-tiba ponselnya berdering. Sambil membuka matanya, ia berpikir, â€siapa yang nelpon malam-malam begini?â€. Ia melirik ke ponselnya. Ternyata jam 10 malam, Mbaknya yang di batam nelpon. Menanyakan kondisi ibunya. Bagus pun menjawab. Setelah itu.
â€Sudah ya mbak. Saya mau tidur. Besok pagi-pagi harus ke rumah sakit,†katanya sambil menutup ponselnya.
Baru juga tidur-tiduran, tiba-tiba ponselnya berdering. Agak lama juga ia baru sadar. Sampai ponselnya mati sendiri. Ponsel itu dicharge di ruang tamu. Dengan penasaran, ia pun segera keluar kamar untuk mengambil ponselnya. Eh, baru ju- ga dipegang, telepon rumahnya berdering. Ia segera meletakkan ponselnya kembali dan menuju ke telepon rumah. Mengangkat dan menjawab teleponnya. Ternyata dari Rumah Sakit. Rumah Sakit memintanya segera datang malam itu juga.
Ia segera membangunkan ayahnya. Jam dinding menunjukkan pukul 12 malam. Mereka berdua pun bergegas menuju ke rumah sakit. Sesampai di
rumah sakit, ternyata ibunya sudah meninggal Shock dan kaget, Bagus dan ayahnya pun bertangis-tangisan. Sambil menangis, tanpa sengaja tangannya tersentuh ponsel di dalam saku bajunya. Ia baru ingat, tadi sebelum telepon rumahmya berdering, ponselnya berdering. Sambil menangis, ia mengeluarkan ponsel dari saku bajunya, membuka ponselnya. Ia penasaran dan ingin tahu, siapa yang tadi menelponnya. Begitu ponselnya menyala, ia melihat tidak ada miss call! Penasaran, ia segera membuka history percakapan.
Terlihat, history percakapan paling atas adalah panggilan masuk dari mbaknyu di batam pada pukul 10 malam tadi! Ponselnya itu ponsel jadul. Bukan  smartphone yang canggih yang bisa diutak-atik programnya. Bagus penasaran. Jelas-jelas tadi ia mendengar ada panggilan masuk. Bahkan ia terbangun gara-gara dering ponselnya itu. Menurut pihak rumah sakit, segera setelah ibunya meninggal, pihak rumah sakit langsung menelpon ke telepon rumahnya.
Saat Bagus bertanya apakah ia menelpon ke ponselnya, pihak rumah sakit menjawab tidak tahu nomor ponselnya. Begitu pula kakaknya di Batam. Setelah menanyakan kabar ibunya, ia tidak pernah telpon lagi sampai ada berita duka. Kesimpulan Bagus, telepon misterius itu barangkali arwah ibunya. (Hendro Wibowo -Â Merapi)