KEDUA gadis yang duduk di bangku sekolah dasar ini, Savitri dan Utami (keduanya bukan nama sebenarnya) adalah dua bersahabat. Ke mana mereka bermain selalu bersama. Sampai di bangku sekolah lanjutan atas, mereka juga masih berteman karib.
Savitri punya motor matik, sedang Utami tidak. Kalau berangkat sekolah, Savitri selalu memboncengkan Utami. Suatu pagi Utami menunggu jemputan Savitri di rumahnya. Tapi ditunggu sekian lama, tak kunjung datang. â€Aneh, tidak biasanya Savitri terlambat datang seperti ini,†pikir Utami. â€Sekarang sudah pukul tujuh kurang seperempat. Itu artinya bakal terlambat masuk sekolah.â€
Beruntung, Utami cepat mendapatkan angkot atau angkotan kota. Dalam angkot Utami sempat mendengar rerasan penumpang bahwa baru saja terjadi tabrakan antara sepeda motor dengan sebuah truk. Utami tak begitu menggubris rerasan itu jarena hatinya sedang kemrungsung memikirkan keterlambatannya.
Sampai di sekolah masih ada waktu beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi. Utami menunggu Savitri di parkiran sepeda motor. â€Akh, itu dia Savitri datang,â€Â pikir Utami saat melihat Savitri masuk halaman sekolah. Utami cepat menghampiri Savitri.
â€Hai,â€Â sapa Utami sambil menepuk pundak Savitri. Tapi Savitri heran merasakan pundak Savitri yang dingin. Savitri pun memalingkan mukanya. Utami tambah njenggirat melihat wajah Savitri sangat pucat. â€Kamu sakit, ya?†tanya Utami. Savitri hanya menggelengkan kepala dan bergegas menuju kelasnya.
â€Maaf,†sejumput kata meluncur dari mulut Savitri. Utami hanya bisa terpaku. Lalu bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Di dalam kelas Utami melihat bangku Savitri kosong. â€Lho? Savitri di mana?†pikirnya. â€Aneh, padahal aku tadi melihat Savitri masuk kelas.†Belum habis keheranan Utami, Bu Wali Kelas pun masuk. Beliau langsung berkata:
â€Anak-anak, ada khabar sedih yang harus ibu sampaikan kepada kalian,â€Â kata Bu Wali Kelas sambil meneteskan air mata. â€Teman kalian, Savitri tadi pagi sekitar pukul enam seperempat meninggal dunia karena tertabrak kereta di perlintasan Sorogenen,†lanjut Bu Wali Kelas dengan tak bisa membendung tangisnya.
Utami sahabat Savitri tak kuasa menahan kesedihan. Dia kemudian terjatuh dari bangku karena pingsan. Bagi Utami, tidak ada teman sebaik Savitri dalam hidupnya. Beberapa hari Utami tidak berangkat ke sekolah karena masih merasa sedih. (*)