SETELAH hujan mereda di senja hari, udara malam menjadi sangat dingin dan terasa menusuk tulang. Malam itu Pak Dede (bukan nama sebenarnya) bersama dua orang temannya sedang menjalankan ronda. Mestinya lima orang, tetapi karena udara sangat dingin, dua teman lainnya absen ronda. Bisa di- mengerti karena keduanya sama-sama mengidap penyakit  yang  tidak  ramah  dengan  udara malam. Yang satu sakit rematik, satunya kena bengek.
Meski hawa terasa dingin, ketiga orang itu ke- mudian keliling kampung untuk memunguti jimpitan. â€Aduh, gerimis lagi,†guman Pak Suwar (nama samaran) sambil menutupi kepalanya de- ngan sarung. Pak T atang (juga nama samaran) lalu mengajak pulang Pak Suwar dan Dede. â€Kita pulang saja, yuk. Mancal kemul di rumah,†ajaknya.
â€Baru pukul dua belas Pak. Ronda kita kan sampai menjelang Subuh,â€Â kilah Pak Dede. Hujan ternyata tidak mereda malah semakin de- ras. Ketiga orang itu kebingungan. â€Kita berteduh di bawah pohon terembesi de- ngan jembatan itu dulu, yuk,†ajak pak Suwar.
Mereka bertiga lalu berlari-lari kecil menuju jembatan. Welhaa! Pak Dede dan kedua temannya kaget karena di jembatan itu terlihat tiga orang gadis tampak sedang bermain-main. Anehnya, mereka bermain hujan-hujanan. â€W uiiih, apa mereka tidak kedinginan, ya?†gu- man Pak Suwar. â€Kalau mereka masuk angin, trus kepriye?â€
Mereka bertiga semakin dekat dengan ketiga gadis itu. Ketiganya mengenakan baju putih yang tipis dan transparan. Pak Suwar yang paling mu- dah mengulum ludah, glek! Pak Tatang yang masih muda terbengong-bengong. Ketiganya terlihat makin riang bermain di bawah lampu jembatan yang temaram.
Ketika dekat Pak Dede yang paling tua menya-pa ketiga gadis itu. â€Hei anak-anak, ayoh pulang. Kenapa malam-malam selarut ini, hujan lagi masih bermain di sini? Ayoh pulang nanti badanmu sakit!â€
Mereka tidak mempedulikan teguran Pak Dede. Pak Suwar dan Pak Tatang bertambahmelotot melihat tubuh gadis-gadis itu. Salah satunya malah lalu berkata: â€Ayoh Pak, bermain-main bersama kamiâ€Pak Suwar dan Pak Tatang langsung terlibat dalam permainan gadis-gadis itu. Hanya Pak
Dede yang bisa menahan diri. Tetapi sebagai lela-ki normal, kelihatannya tergoda juga.Ketiga pria itu kemudian hanyut dalam go-daan. Mereka bermain semakin gila-gilaan. Takada lagi kesopanan. Pak Suwar dan Pak Tatang sudah melampaui batas, sementara Pak Dede tampak malu-malu kucing. Ketika Pak Suwar hampir pingsan, ketiga gadis itu tertawa. â€Hi hi hiiii, kapokmu kapan! Kami bukan cewek-cewek sembarangan Hi hi hiii!†Sambil tertawa begitu mereka kemudian melayang tinggi dan hilang di pucuk cemara. (*)