KRjogja.com - MOMENTUM kebangkitan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dengan metode CPFR (Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment) dapat dilihat dalam konteks meningkatnya sentimen masyarakat Indonesia terhadap produk pro-zionis (Otto Pangestu, 2020).
Menurut Keith Miller dkk, tahun 2017 CPFR adalah suatu model di mana produsen, jasa transportasi, dan distributor dapat mengadopsi suatu sistem berbasis internet untuk berkolaborasi sejak awal dalam perencanaan dan peramalan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasokan. Dalam konteks ini, CPFR dapat membantu UMKM dalam merespons perubahan permintaan pasar yang dipengaruhi oleh sentimen masyarakat.
Misalnya, jika terjadi peningkatan boikot terhadap produk pro-zionis di Indonesia, UMKM dapat memanfaatkan metode CPFR untuk merencanakan dan meramalkan peningkatan permintaan terhadap produk lokal sebagai alternatif produk pro-zionis.
Baca Juga: Mahfud MD Hadiri Ijab Dhaup Ageng Pakualaman, Ungkap Beruntung Saksikan Perpaduan Tradisi dan Agama
Menurut Kementerian Perdagangan pada laman kemendag.go.id tahun 2023, ada banyak produk yang diduga terafiliasi dengan Israel yang ada di Indonesia, seperti beberapa merek perawatan pribadi, produk konsumen sehari-hari, dan lainnya.
Dilansir dari laman Detik.com, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, penjualan produk tersebut telah turun antara 40% hingga 45% sejak awal konflik. Dalam situasi ini, UMKM dapat melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan produksi dan distribusi produk lokal mereka untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mungkin beralih dari produk pro-zionis.
Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR) dapat memudahkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam memajukan ekonomi masyarakat melalui beberapa cara:
1. Perencanaan dan Peramalan yang Lebih Akurat: CPFR memungkinkan UMKM untuk merencanakan dan meramalkan permintaan produk dengan lebih akurat. Hal ini penting karena UMKM memiliki peran besar dalam perekonomian Indonesia, termasuk dalam kontribusi pengembangan produk lokal dalam penerapannya. Produsen dapat menerima informasi penting terkait kebutuhan jumlah produk di pasaran melalui hubungan dengan pihak onlineshop, sehingga UMKM dapat mengurangi risiko overstock atau understock, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas UMKM (Sulastri,2022).
2. Pengendalian Produksi yang Lebih Baik: Dengan peramalan permintaan yang lebih akurat, UMKM dapat merencanakan dan mengendalikan produksi mereka dengan lebih baik. Hubungan produsen dengan onlineshop tentu bisa memberikan efek transparan antara produsen dengan konsumen secara langsung di mana hal ini dapat membantu UMKM dalam memastikan apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar atau belum, sehingga dapat meningkatkan penjualan dan pendapatan UMKM.
3. Kolaborasi dan Koordinasi yang Lebih Efektif: CPFR memfasilitasi kolaborasi dan koordinasi yang lebih baik antara UMKM dan onlineshop. Hal ini dapat membantu dalam memastikan bahwa informasi mengenai permintaan dan penawaran produk dapat dibagikan dan dipahami oleh kedua belah pihak dengan lebih baik.
4. Peningkatan Efisiensi Operasional: Dengan penerapan CPFR, Produsen produk UMKM dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka. Hal ini dapat mengurangi biaya operasional, sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan daya saing UMKM.
5. Transformasi Digital: Adanya hubungan CPFR antaran produsen dan onlineshop juga dapat mendukung transformasi digital UMKM, yang menjadi prioritas dalam penguatan fondasi ekonomi dengan transformasi digital (Kominfo,2022). UMKM dapat menjangkau lingkup konsumen yang lebih luas, meningkatkan keuntungan, memudahkan pemantauan aktivitas usaha, serta menurunkan biaya, khususnya biaya pemasaran, logistik, dan pengiriman.
Baca Juga: NU dan Genealogi Diskursus Politik Kekuasaan
Dengan demikian, CPFR dapat membantu UMKM dalam memajukan ekonomi masyarakat, baik melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas UMKM, maupun melalui peningkatan penjualan dan pendapatan UMKM. Dalam konteks ini, UMKM di Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi mereka di pasar domestik dengan menawarkan alternatif produk lokal yang berkualitas. Pemerintah Indonesia, melalui berbagai inisiatif, mendorong penggunaan produk lokal dan substitusi impor, yang sejalan dengan sentimen masyarakat terhadap produk pro-Israel.