Guru Besar Mikrobiologi UGM Berikan Saran Ini untuk Cegah Antraks

Photo Author
- Kamis, 14 Maret 2024 | 09:27 WIB
Bupati Bantul dan Kepala Dinas KPP Bantul ketika melihat kandang sapi kelompok di Srandakan.(Foto: Judiman)
Bupati Bantul dan Kepala Dinas KPP Bantul ketika melihat kandang sapi kelompok di Srandakan.(Foto: Judiman)

KRjogja.com - SLEMAN - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM bidang Mikrobiologi Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan bahwa spora dari Bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak ini sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun menjadi penyebab munculnya kembali antraks. Hal ini menanggapi kejadian satu orang di Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul ditengarai menjadi suspek penyakit anthraks.

“Di tubuh hewan saat hidup, spora ini belum terbentuk. Namun saat disembelih dan bakteri yang ada dalam darah itu keluar lalu berinteraksi dengan udara akan membentuk spora,” ungkapnya beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan spora dapat terbentuk saat bakteri Bacillus anthracis terkena oksigen sehingga spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh penderita atau dalam bangkai yang tidak dibuka. Ia menyarankan hewan yang terserang anthraks maupun lokasi yang menjadi sumber anthraks harus ketat isolasinya dengan tidak boleh ada satu pun lalu lintas ternak yang keluar masuk lokasi.

Baca Juga: Jika Kalah Pilpres 2024, Anies Pegang Prinsip Akan Berada di Luar Pemerintahan

“Tidak boleh juga sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut dan hanya petugas yang sudah ditetapkan,” ujarnya.

Saran lainnya pentingnya peternak meningkatkan biosekuriti dan melakukan pengobatan pada hewan yang sakit serta memberi tambahan suplemen, karena hewan yang terjangkit bakteri anthraks dapat diobati. Bakteri ini mudah mati jika diberi antibiotik, antiseptik, desinfektan dan mati pada suhu diatas 54 derajat celcius selama 30 menit.

Pemberian vaksinasi kepada hewan yang sehat selama dua kali selama setahun. Sementara Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Don mengatakan sebagai pencegahan penyakit anthraks menyebar dengan tidak memotong hewan yang sakit atau mengkonsumsi hewan yang sudah menjadi bangkai.

“Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia. Tahun lalu di Semanu, ada 11 orang tertular dan satu orang meninggal," katanya.

Baca Juga: Jalur Pantura Tergenang, Babinsa Bantu Evakuasi Masyarakat

Sementara perlu adanya isolasi untuk hewan yang sakit dan memberikan pengobatan hingga benar benar sehat. Saat menemukan hewan yang mati diduga karena penyakit anthraks sebaiknya dikubur atau dikremasi di lokasi

“Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet, anti desinfektan sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali,” ujarnya.

Ia menyarankan agar hewan yang mati tidak dipindah ke tempat lain sebab jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan. “Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercecer ke mana-mana,” imbuhnya.

Baca Juga: Soal Aturan Ngabuburit, Begini Imbauan Polda Jateng

Kasus penyakit Anthraks sesuai data pada tahun 2019 di Kapanewon Karangmojo dan Ponjong ditemukan 12 orang positif dan satu orang meninggal. Selanjutnya tahun 2021, di Desa Hargomulyo, Gedangsari, terdapat 7 orang positif tertular anthrax. Selanjutnya tahun 2022, ada 13 orang positif anthrax di Ponjong. Sedangkan tahun 2023 lalu, di Dusun Jati, Desa Candirejo, Semanu ditemukan 87 orang positif, 18 bergejala dan satu orang meninggal.(*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X