Cerita dan Pengalaman TIM KKN-PPM UGM di Samosir: Mulai dari Melebur hingga Mengabdi ke Masyarakat

Photo Author
- Minggu, 20 Juli 2025 | 10:20 WIB
Tim KKN-PPM UGM yang bertugas di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.  ((Sumber foto: Tim KKN Harian Samosir))
Tim KKN-PPM UGM yang bertugas di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. ((Sumber foto: Tim KKN Harian Samosir))

Krjogja.com – SAMOSIR – Universitas Gadjah Mada (UGM) belum lama ini telah menerjunkan sebanyak 8.038 mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). Para mahasiswa tersebut tergabung dalam 287 unit yang akan ditempatkan di 35 provinsi, 122 kabupaten/kota, dan 236 kecamatan di seluruh Indonesia. Kegiatan KKN ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Juni hingga 8 Agustus mendatang.


Di antara ratusan unit yang diterjunkan, salah satunya adalah tim yang bertugas di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Lokasi pengabdian tim KKN-PPM UGM Harian Samosir mencakup dua desa, yaitu Desa Turpuk Sihotang dan Desa Turpuk Sagala. Tim ini mengemban misi pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program lintas bidang (cluster) yang telah dirancang berdasarkan potensi lingkungan serta minat dan kebutuhan warga setempat.


Tim KKN-PPM UGM Harian Samosir terdiri dari mahasiswa lintas fakultas dan jurusan, yang terbagi ke dalam beberapa klaster, yaitu medika, agro, soshum, dan saintek. Tim ini mengusung program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan sektor pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Baca Juga: M Abdullah Resmi Pimpin KONI Purworejo 2025- 2029

"Kami ingin mewujudkan desa yang mandiri dan berdaya. Program kami terbagi ke dalam beberapa klaster seperti medika, agro, soshum, dan saintek," ujar Yazid, Ketua Tim KKN-PPM Harian Samosir, saat diwawancarai melalui panggilan WhatsApp, Jumat (18/7).

Lebih lanjut, beberapa program yang sudah dan sedang dijalankan oleh tim antara lain pembuatan filter air bersih, pendirian perpustakaan desa, pembuatan lubang biopori, serta kegiatan bersama puskesmas setempat.

"Jadi, dari klaster medika ada program kegiatan bareng puskesmas setempat. Lalu dari klaster soshum, kami bikin perpustakaan desa karena memang cukup urgent, soalnya di desa lokasi kami ini belum ada perpustakaan sama sekali. Kami juga baru bikin filter air bersih, karena kondisi air di sini memang agak kurang bersih. Selain itu, ada juga program pembuatan lubang biopori. Intinya, semua program kami sesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masyarakat setempat," tambahnya.

Dari letak geografis, Desa Turpuk Sihotang dan Turpuk Sagala di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, tergolong cukup strategis karena berdekatan dengan kawasan Danau Toba. Meski demikian, sektor pertanian masih menjadi sumber penghasilan utama bagi masyarakat setempat. Sementara itu, sektor pariwisata memang memiliki potensi, namun sebagian besar tempat wisata masih dikelola oleh pihak swasta.

"Wah, lokasi pengabdian kami bisa dibilang cukup strategis buat lihat view Danau Toba. Pemandangannya indah terus desa kami dikelilingi bukit-bukit, jadi teman-teman juga antusias pas pertama kali datang ke sini . Memang benar, mayoritas masyarakat di sini menggantungkan hidup dari sektor pertanian, ada yang nanam jagung, kopi, dan lainnya. Karena itu, fokus utama tim kami juga ada di sektor pertanian. Nah, kalau soal wisata, sebenarnya banyak banget, kayak Bukit Holbung, Patung Sibea-bea, dan Air Terjun Efrata, tapi kebanyakan masih dikelola sama swasta. Warga setempat lebih mengelola kayak tempat-tempat penginapan, yang mana pada saat libur semester kemarin cukup rame di sini, penginapan juga pada terisi," ujarnya.

Baca Juga: Ini Alasan Noni Maduake Pilih Berseragam Arsenal

Yazid menyebut, sejauh ini tidak ada tantangan yang terlalu berarti selama pelaksanaan KKN di dua desa yang berada di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Masyarakat setempat dinilai cukup terbuka dan menerima dengan baik kehadiran para mahasiswa yang menjalankan program pengabdian di desa mereka. Antusiasme warga juga terbilang positif, mengingat UGM sebelumnya telah beberapa kali mengirimkan tim KKN ke wilayah tersebut.

"Kalau soal tantangan, justru lebih ke internal tim, ya biasalah, kadang ada bentrok program dan semacamnya. Tapi kalau dari masyarakat, mereka sangat terbuka. Antusiasme mereka juga tinggi," tambahnya.

Lebih lanjut, beberapa anggota tim KKN yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Samosir, terutama yang bukan berasal dari Sumatera Utara, mengaku sempat mengalami culture shock. Mereka juga menghadapi sedikit miskomunikasi dengan warga setempat, terutama di awal kedatangan. Perbedaan logat yang cukup mencolok serta istilah-istilah lokal yang asing membuat beberapa anggota tim merasa bingung dan perlu waktu untuk beradaptasi.

"Ya pasti kaget di awal, apalagi yang baru pertama kali, harus beradaptasi lah. Di sini kan kebanyakan orang Batak, yang kalau ngomong logatnya sedikit keras, dikiranya marah padahal enggak. Terus ada istilah-istilah yang beda, kayak sepeda motor disebutnya 'kereta', jalan disebut 'pasar', korek disebut 'mancis', dan lain-lain. Tapi ini ya bukan masalah yang berarti, justru jadi cerita unik selama KKN," ungkap Yazid.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X