Rayakan Ulang Tahun ke-40, BPPM Balairung Helat Seminar Nasional

Photo Author
- Minggu, 2 November 2025 | 18:55 WIB
Sesi seminar nasional dalam HUT ke-40 BPPM Balairung. (M. Khoirul Imamil M)
Sesi seminar nasional dalam HUT ke-40 BPPM Balairung. (M. Khoirul Imamil M)


KRJogja.com — Gedung University Club (UC) UGM menjadi saksi perhelatan seminar nasional bertema Disinformasi & Algoritma: Bagaimana Media Digital Membentuk Opini Publik pada Sabtu (1/11).

Gelaran tersebut merupakan bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-40 Balai Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung yang jatuh pada 29 Oktober lalu.

Baca Juga: SD Al Azhar Syifa Budi Juara KU 10 MilkLife Soccer Challenge

Sejak berdiri pada tahun 1985 silam, BPPM Balairung telah melahirkan insan pers yang menekuni banyak bidang lintas disiplin.

Karenanya, pada kesempatan yang dihadiri oleh para bekas awak BPPM Balairung dari lintas generasi tersebut, panitia menghadirkan empat narasumber untuk membedah sajian tema.

Keempat orang kawakan itu yakni Elin Y. Kristanti, Aghnia Adzkia, Fransiskus Surdiasis, serta Abdul Gaffar Karim. Mereka secara bergiliran memaparkan materinya dengan dipandu oleh Gilang Parahita selaku moderator.

Baca Juga: HUT ke-78, SMP Negeri 3 Yogakarta Punya Kiprah Luar Biasa

Pada sambutannya, Arie Sujito, menyampaikan betapa pers mahasiswa (Persma) senantiasa menjadi unit kegiatan mahasiswa yang terus relevan.

"Dulu liputan Persma selalu ditunggu-tunggu. (Isi liputannya) mulai dari persoalan fakultas, universitas, bahkan hingga negara," terang Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni UGM itu.

Karenanya, Arie optimistis bahwa Persma dapat senantiasa menjadi lembaga yang tepat untuk mengawal demokrasi di negeri ini.

"Bukan dengan mendidik para politisi untuk membikin demokrasi kita maju. (Hal) yang mesti kita lakukan adalah mendidik para pemilih. (Dan) di situ Persma bisa ambil bagian," tegas doktor di bidang sosiologi itu.

Sementara, Aghnia Adzkia yang tampil memurwakai diskusi menyampaikan pentingnya sikap skeptis dalam menghadapi informasi yang beredar.

Ia mencontohkan bagaimana sebuah video hasil editan akal imitasi (AI) tampak begitu asli sementara isinya mengandung muatan agitasi.

"Ini kalau kita tidak kritis, tidak skeptis, sangat mungkin kita keliru dalam bersikap," terang jurnalis data BBC News itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X