Krjogja.com – SLEMAN - Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) baru saja merampungkan pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode 2 Tahun 2025, yang diselenggarakan selama 50 hari, terhitung sejak 20 Juni hingga 8 Agustus silam.
Tercatat sebanyak 8.038 mahasiswa yang tergabung dalam 287 unit berhasil menuntaskan misi pengabdian di seluruh penjuru Nusantara, yakni mencakup 35 provinsi, 122 kabupaten/kota, dan 236 kecamatan.
Baca Juga: Jalan Sehat Warga Wetan Pasar Wates Tumbuhkan Semangat Patriotisme
Salah satu unit yang berhasil merampungkan misi pengabdiannya adalah Tim KKN PPM UGM yang berlokasi di Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Tim ini juga mencatat rekor sebagai unit KKN dengan lokasi terjauh, yakni sekitar 3.491 km dari Yogyakarta menuju dua desa yang menjadi tujuan pengabdian, yakni Desa Bambar dan Doyo Lama di Kabupaten Jayapura.
Lebih lanjut, tim ini mengusung misi pengembangan potensi yang berkelanjutan melalui pembangunan sarana dan prasarana, serta pendidikan yang kontekstual bagi masyarakat di Desa Bambar dan Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
Baca Juga: Jogja Jadi Panggung Sorak Sorai Gelombang K-Food, Transaksi Tembus 1 Juta USD
"Nah, tim kami mencoba mengembangkan potensi yang ada di Desa Bambar dan Doyo Lama, seperti di sektor UMKM, pariwisata, agrikultur, kesehatan, dan pendidikan. Fokus kami adalah memastikan setiap program kerja yang kami canangkan sesuai dengan visi dan misi UGM serta Bupati Jayapura dalam menjalankan program yang berkelanjutan," jelas Frank Richard, Ketua Tim KKN-PPM UGM Jejak Jayapura, saat diwawancarai pada Rabu (20/8).
Tak lupa, setiap program yang mereka usung tidak hanya berfokus pada potensi lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan warga setempat. Frank menyebut bahwa Tim Jejak Jayapura turut memfokuskan upaya mereka pada pemberdayaan masyarakat agar warga Desa Bambar dan Doyo Lama dapat terbantu dengan kehadiran mereka.
"Kami mencoba mengajarkan hal-hal baru kepada warga, agar melalui referensi-referensi baru tersebut, warga dapat termotivasi untuk mengembangkan usaha-usaha yang sedang mereka jalankan," ujar Frank.
Frank juga menjelaskan bahwa jarak antara dua desa, Bambar dan Doyo Lama (yang menjadi lokasi pengabdian mereka) terbilang cukup jauh, yakni sekitar 11 km. Meski demikian, kondisi Desa Bambar yang sedikit lebih dekat ke kota membuatnya bisa dikatakan lebih maju dibandingkan Desa Doyo Lama, yang dinilai perlu mendapatkan perhatian lebih.
"Jarak antara dua desa cukup jauh, sekitar 11 km. Karena Bambar lebih dekat ke kota, fasilitas di sana lebih lengkap, kayak fasilitas pendidikan, minimarket, dan rumah sakit. Kondisinya cukup berbeda dengan Doyo Lama yang letaknya jauh dari kota. Di sana (Doyo lama), sekolah hanya satu, itu pun kondisinya cukup memprihatinkan. Meski begitu, jalan di kedua desa ini sudah diaspal," tutur Frank.
Lebih lanjut, Tim Jejak Jayapura, yang terdiri dari empat klaster (soshum, saintek, medika, dan agro) dan terbagi ke dalam empat sub-unit, berhasil menginisiasi program-program kerja di kedua desa serta dapat menarik animo masyarakat setempat. Pun, warga desa turut mengikuti berbagai saran yang disampaikan melalui program-program kerja yang telah dirancang oleh Tim Jejak Jayapura.
Beberapa program kerja yang berhasil diaktualisasikan oleh keempat klaster antara lain mencakup pembuatan greenhouse, pengenalan biopestisida alami, pengolahan hasil sagu menjadi es krim dan mie, pemasaran produk melalui media sosial, general check-up, eco-printing, revitalisasi pusat informasi, pengenalan QRIS, pembuatan karcis di area wisata, kegiatan mengajar di sekolah, dan masih banyak lagi program lain yang berkaitan dengan pengembangan UMKM, pariwisata, pertanian, kesehatan, hingga pendidikan.