kampus

Membuka Mata Desa Gununggajah: Menyiapkan SDM untuk Kelola Geoheritage Bayat

Senin, 8 September 2025 | 13:46 WIB
Proses pendampingan potensi geoharitage Gunung gajah (Foto Istimewa)

Krjogja.com - Klaten — Di Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, batu-batu di sekitar rumah ternyata menyimpan kisah jutaan tahun silam. Namun, bagi warga, batu itu sekadar benda sehari-hari—ada yang dipakai untuk menahan genting, ada pula yang digunakan melempar ayam nakal.

“Pendampingan ini membuka mata kami masyarakat desa Gununggajah tentang potensi geologi yang ada di sini. Ternyata batuan yang sering kami gunakan untuk melempar ayam adalah salah satu batuan geologi yang menyimpan sejarah,” tutur Y. Yoyok Kartika C, Lurah Desa Gununggajah, Senin (30/6/2025).

Baca Juga: Angin Kencang dan Hujan Deras Rusak Bangunan di Temanggung

Gununggajah terletak di kawasan Bayat, wilayah yang sudah diakui secara nasional sebagai salah satu geoheritage Indonesia. Sayangnya, meski peneliti dari berbagai universitas kerap berdatangan, pengetahuan tentang kekayaan geologi itu belum sepenuhnya dimiliki masyarakat setempat.

“Banyak universitas datang meneliti, tapi masyarakat masih belum mengerti potensi geologi di sini,” kata Yoyok.

Dari situlah lahir gagasan untuk melakukan pendampingan dan edukasi geologi kepada masyarakat, agar mereka tidak hanya menjadi penonton, melainkan juga penjaga sekaligus pemanfaat warisan geologi yang dimiliki.

Kolaborasi Kampus dan Desa

Program pendampingan ini digagas oleh Program Studi Teknik Geomatika bersama Program Studi Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta. Mereka turun langsung ke desa, menyapa warga, dan berbagi pengetahuan tentang sejarah bumi yang tersimpan di Bayat.

Baca Juga: BMKG: Hari Ini Yogyakarta Cerah Berawan

“Tujuannya sederhana namun penting: menyiapkan sumber daya manusia desa yang memahami dan peduli, agar warisan geologi tidak mudah disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab,” jelas salah satu tim pengabdi.

Edukasi dilakukan mulai dari sosialisasi di balai desa, pelatihan berbasis story maps yang menampilkan peta interaktif, hingga kegiatan lapangan yang memungkinkan warga melihat langsung batuan beku, sedimen, maupun metamorf di sekitar rumah mereka.

Jejak Bumi Jutaan Tahun

Menurut Dr. Ir. Sutarto, M.T., ahli geologi dari UPN “Veteran” Yogyakarta, Bayat adalah kawasan unik karena memperlihatkan susunan batuan paling lengkap di Pulau Jawa: batuan metamorf, sedimen, dan beku.

“Bayat berada di posisi ketiga menyusul Ciletuk (Sukabumi) dan Kebumen sebagai kawasan geoheritage nasional,” ungkap Sutarto.

Halaman:

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB