Radar Tsunami Pertama di Indonesia Dibangun di Keburuhan

Photo Author
- Selasa, 2 Juli 2019 | 11:30 WIB
Tim JRC dan BMKG menjnjau calon lokasi pembangunan radar di Keburuhan. (Foto: Jarot S)
Tim JRC dan BMKG menjnjau calon lokasi pembangunan radar di Keburuhan. (Foto: Jarot S)

PURWOREJO, KRJOGJA.com - Pemerintah Jepang melalui Japan Radio Company (JRC) perusahaan teknologi negara itu, membangun radar oseanografi di pantai Desa Keburuhan, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. Radar itu mampu mendeteksi gelombang, termasuk kedatangan tsunami secara akurat dengan jarak jangkauan 80 kilometer.

Pejabat JRC Tokyo Takanobu Kadoya dan direktur perwakilan Indonesia Yoshihiya Takagawa, didampingi pejabat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo, meninjau calon lokasi di desa itu, Senin (1/7/2019) sore. Selain di Keburuhan, radar serupa juga akan dirakit di Pantai Samas Bantul Yogyakarta.

"Radar tipe tersebut merupakan yang pertama kali di Indonesia, instalasi di Keburuhan dan Samas akan jadi percontohan," ujar Kasi Observasi BMKG Budiarta, menjawab pertanyaan KRJOGJA.com.

Pembangunan tersebut diperkirakan mulai akhir Juli 2019. Antena pemancar dan penerima sinyal sedang proses pembuatan di Jepang dan diperkirakan selesai, kemudian dikirim untuk dipasang di Indonesia akhir tahun.  

Setelah perakitan, JRC melakukan riset dan ujicoba selama enam bulan. "Apabila sukses, perkiraannya radar diserahkan untuk dioperasikan BMKG pada Maret 2020. Peralatan dan pembangunannya murni hibah Jepang," ucapnya.

Menurutnya, keberadaan radar tersebut sangat penting untuk mitigasi bencana tsunami pesisir selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Lempeng tektonik di bawah Samudera Hindia menyimpan potensi gempa megathrust yang disimulasikan bisa mencapai 8,5 - 8,8 Skala Richter (SR) dan berpotensi tsunami.

Radar, katanya, berfungsi menyediakan data tinggi gelombang, arah arus dan kecepatan, radar juga memiliki sensivitas tinggi merekam gelombang tsunami. "Apabila ada gempa bumi, otomatis radar akan merekam pergerakan gelombang lalu dikirim ke server dalam bentuk data mentah. Kami olah data itu, apabila terbaca ada tsunami, BMKG segera informasikan BPBD untuk nyalakan Early Warning System (EWS) sehingga dilakukan evakuasi," terangnya.(Jas)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ribuan Kendaraan Kena Tilang ETLE, Ini Pelanggarannya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:10 WIB

Ratusan Wisatawan Wonosobo Banjiri Pantai Dewaruci

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:50 WIB

Pendaki Gunung untuk Perhatikan Prakiraan Cuaca BMKG

Senin, 15 Desember 2025 | 10:55 WIB

Purworejo Luncurkan Gerakan Sekolah Cerdas Bermedia

Jumat, 12 Desember 2025 | 15:10 WIB
X