“Di kebun kami, dengan jumlah 260 batang tanaman kopi, jika musim panen sebelumnya bisa menghasilkan 1,2 ton biji kopi. Pada tahun ini hanya mendapat sekitar 1 ton. Berarti ada penurunan 2 kwintal,†ucapnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Disperindagkop dan dan UMKM) Kabupaten Temanggung, Rony Nurhastuti mengatakan dari data yang ada, kuota ekspor kopi asal Temanggung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Disampaikan untuk jenis Robusta asal Kecamatan Gemawang, ekspor baru dilakukan pada tahun 2014 dengan kuota sebanyak 20 ton. Pada tahun 2015 dan 2016 juga mengekspor sekitar 20 ton. Sebenarnya pangsa pasar masih terbuka lebar hanya saja petani belum mampu memenuhinya.
" Sangat disayangkan mengingat pangsa pasar yang ada tengah terbuka luas dengan sasaran berbagai negara. Diantaranya;Â Jepang, Korea, Jerman, Belanda dan Amerika Serikat," katanya.
Dikatakan, tak hanya jumlah permintaan ekspor saja yang mengalami peningkatan. Harga rata-rata kopi dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Tahun 2013 dibanderol sekitar Rp 38.000 per kilogram. Kemudian tahun 2014 Rp 54.000 per kilogram dan di tahun 2015 menembus Rp 68.000 per kilogram.
“ Melihat kondisi seperti ini, kami oprtimis Temanggung mampu memenuhi permintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tentunya akan berimbas mendongkrak hasil komoditas serta nilai ekonomis kopi lokal,†katanya. (Osy).