BUDIDAYA Kambing Peranakan Etawa (PE)Â semakin berkembang. Peternak Kaligesing di Kabupaten Purworejo menggemarinya karena kambing itu beda dibanding jenis lokal. Ukurannya lebih besar dan gagah perawakannya.
Peternak pun berlomba membentuk kambing berkualitas bagus dan berukuran besar. Kebetulan, kondisi Perbukitan Menoreh di Kaligesing mendukung. Perbukitan itu ditumbuhi rumput, lamtoro dan nangka yang disukai kambing. "Tidak ada pakan lain selain rumput dan daun lamtoro," ucap Tarsisius Wartono (110), kepada KRjogja.com, Kamis (15/9).
Semakin banyak peternak yang mampu menghasilkan kambing berkualitas, membuat mereka ingin unjuk kemampuan budidaya di hadapan peternak lain. Peternak turut membawa kambing super mereka dalam setiappertemuan rutin yang digelar. Akhirnya diskusi dalam pertemuan itu menjadi hidup karena mereka bisa saling belajar untuk menutupi kekurangan. "Pertemuan itu kami kenal dengan nama Pesta Patok," ujarnya.
Seiring semakin meluasnya budidaya, peternak seluruh Indonesia lantas bersepakat mengadakan Pesta Patok berskala nasional, sekaligus dilombakan. Pesta Patok pun menjadi cikap bakal kontes Kambing PE. "Kontes Kambing PE nasional pertama digelar di Payakumbuh Sumatera Barat tahun 1984," katanya bangga.
Kesukseskan kontes itu pun terdengar pemerintah. Presiden Soeharto yang tengah gencar memajukan pertanian kala itu tertarik. Akhirnya penghujung 1984, presiden memanggil Tarsisius Wartono menghadap ke Istana Negara dan mendapat penghargaan. "Sayang foto saya bersalaman dengan Pak Harto, kenang-kenangan kebanggaan saya, hilang dicuri orang," tandasnya. (Jas)
Baca Juga :
Tarsisius Wartono, Orang Pertama yang Menghasilkan Peranakan Etawa Kaligesing
Sejarah Peranakan Etawa, Kambing yang Harganya Bisa Ratusan Juta
