Krjogja.com - PURWOREJO - Retrospeksi cukup identik dengan manusia ketika mulai menjemput tua, retrospeksi juga kerap menghinggapi manusia normal saat melihat seseorang dengan keterbatasan fisik yang diartikan secara fisikal.
Padahal, keterbatasan fisik juga termasuk gugusan mental, struktur kepribadian, atau tumpukan persoalan hidup yang tak terselesaikan oleh manusia normal.
Hingga sosok Ahmad Luthfi Khakim (28) warga Dukuh Wetan, RT01 RW02, Desa Megulung Lor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah hadir serupa cermin.
Baca Juga: Soal Kasus Dugaan Pengaturan Skor 2018, Begini Kata Presdir PSS Gusti Randa
Mengingatkan manusia normal yang justru kerap tidak selesai dengan urusan mental seperti kesepian, penyesalan, kirkuk pikuk persaingan, permusuhan yang membebani diri mereka sendiri hingga sulit berkembang dan maju.
Luthfi dengan keterbatasan fisik justru tampak lebih siap untuk menghadapi itu semua, dengan suka cita menikmati momentum kehangatan dan kebahagiaan sebagai manusia. Berbicara dengannya, selalu muncul rentetan percakapan-percakapan positif penuh makna nilai kemanusiaan.
Pria kelahiran Purworejo 2 Mei 1995 ini pantas menjadi sosok yang pantas dicontoh. "Saya adalah seorang penderita Osteogenesis Imperfecta atau kelainan pada tulang yang rapuh, lemah dan mudah patah," ucapnya, Rabu (20/12/2023).
Baca Juga: Puncak Libur Natal Tahun Baru, 50 Ribu Orang Masuk Jogja Pakai Kereta Api
Luthfi, sapaan akrab Ahmad Luthfi Khakim mengungkapkan, dengan kelainan tulang yang rapuh, lemah dan mudah patah, ia bahkan sudah mengalami patah tulang hampir 20 kali, hal itu pula yang menyebabkan kondisi kakinya bengkok. Untuk berjalan pun harus dibantu dengan kruk (alat bantu jalan).
"Alhamdulillah dari kondisi ini, saya tetap mendapat dukungan keluarga, kerabat dan sanak saudara, hampir setiap hari, sejak kecil saya selalu dibanjiri motivasi hingga saat ini," ungkapnya.
Dukungan yang mengalir kepadanya juga lunas dijawab dengan rentetan karya. Kendati tubuhnya kecil, namun ia memiliki semangat yang begitu besar, menyandang bertekad kuat untuk tetap bermanfaat bagi orang lain, ia sukses menjadi pengusaha servis komputer bahkan membesut dan membidani media online di wilayahnya.
"Saya sangat berterima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang selalu memberi bimbingan dan dukungan secara mental, maupun rohani. Saya disekolahkan di lembaga pendidikan umum, laiknya anak sehat pada umumnya," kenangnya.
Benar saja, sejak SD, Luthfi sekolah di sekolah umum, tidak hanya doa, ibunya selalu menggendongnya saat berangkat dan pulang sekolah. Hingga duduk di bangku MTs dan SMK, ia juga masih diantar jemput oleh sang bapak.
Perjuangan luthfi dan doa orang tuanya berbuah manis, belum juga lulus SMK di desarian 2015, Luthfi sudah bekerja diterima kerja servisan komputer. Bahkan di tahun 2017, ia mampu membuka servisan toko komputer sendiri.