Krjogja.com - PURWOREJO - Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BOB) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) berkolaborasi menggagas ekowisata berbasis konservasi flora fauna. Nantinya ekowisata akan berada di lahan Otorita BaoB di Borobudur Highland yang terdiri dark Desa Ngargoretno, Desa Pagerharjo, Desa Benowo dan Desa Sedayu.
Sosialisasi Potensi Pengembangan Wisata Minat Khusus bersama empat Desa Penyangga di Kawasan Otoritatif BOB dilaksanakan Kamis 22 Agustus lalu. Sosialisasi dilaksanakan bersama 4 Desa Penyangga yakni Desa Ngargoretno, Desa Pagerharjo, Desa Benowo dan Desa Sedayu.
Sosialisasi merupakan tindak lanjut dari identifikasi flora dan fauna dan penyusunan program Lembah Konservasi yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh BOB bersama BKSDA Jawa Tengah pada tanggal 17-20 pada bulan Juli 2024 lalu.
Analisa Tata Usaha BKSDA Jawa Tengah, Sisca Febrianti menyampaikan daya tarik wisata birdwatching sangat mendukung kegiatan konservasi terutama di kawasan hutan. Birdwatching pertama kali dipopulerkan oleh Alexander wilson (Skotlandia) dan dikenal sebagai bapak ornitologi Amerika.
"Tujuan pengamatan burung bisa berupa penelitian, observasi, penelitian KLHK sebagai bentuk monitoring atau pemantauan agar dapat data untuk mencari tahu dinamika satwa di tempat tertentu serta untuk hobi dan kesenangan," ungkapnya, Sabtu (24/8/2024).
Baca Juga: Yuk ke JEC, Hari ini Pertarungan Crosser di Trial Game Dirt 2024 Semakin Seru!
Sementara inisiator wisata minat khusus birdwatching Desa Wisata Jatimulyo, Kelik, menyampaikan prinsip eco wisata burung adalah konservasi (perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan) yang di dalamnya terdapat nilai ekonomi bagi masyarakat. "Pariwisata dapat menjadi katalisator atau apresiasi dari wisatawan terhadap masyarakat lokal dan ada proses transfer pengetahuan antara tamu dengan tuan rumah," lanjut Kelik.
Dalam pengembangannya nantinya dapat dilakukan penerapan strategi pengembangan berupa inventarisasi atau pengadaan jenis burung, desain area ramah burung, serta penyusunan paket wisata. Wisata minat khusus seperti birdwatching banyak di jual oleh travel operator asing, dan Indonesia belum mengambil peluang tersebut.
"Sebagai contoh satu paket birdwatch bernilai rata-rata USD 2.900 atau hampir Rp 50 juta per orang. Nilai ini tinggi sekali untuk kemakmuran desa wisata yang bisa menjual paket wisata birdwatch, dan masyarakat desa bisa menyediakan homestay, guide, kuliner, transportasi," lanjut Kelik.
Baca Juga: Jogja Fashion Week 2024 Day#2, Desainer Pamerkan Ragam Kombinasi Wastra Nan Apik
Wisatawan birdwatching ke Indonesia mencari flora fauna khas asli (endemik) di Indonesia. Flora dan fauna yang berbeda di tiap pulau bisa menjadi daya tarik yang harus dimaksimalkan, tanpa mengganggu habitat dan siklus hidupnya.
Sementara, Direktur Destinasi Pariwisata BOB, Neysa Amelia mengatakan bahwa dalam mengembangkan peluang ini pihaknya mengajak desa-desa di sekitar wilayah lahan otorita Borobudur Highland untuk berkolaborasi menciptakan paket wisata yang berkesinambungan. Melihat potensinya, hal ini melebihi target Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan target expenditure (pengeluaran) wisatawan mancanegara sebesar USD 2.777 per orang.
"BOB berkomitmen untuk menerapkan pengembangan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Pariwisata Berkelanjutan. Pengembangan ekowisata berbasis konservasi flora dan fauna seperti birdwatching ini merupakan sinergi strategis BOB, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta masyarakat dan pemerintah daerah yang berbagi tugas dan fungsi antara penguatan konservasi dan pariwisata berbasis alam (ekowisata) dan pendidikan (edutourism) dengan melibatkan masyarakat desa sehingga mampu menciptakan pariwisata berkelanjutan yang mendukung ekonomi masyarakat, pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya," ungkapnya.
Baca Juga: 12 Tahun UUK
Selain menciptakan pariwisata berkelanjutan, birdwatching mampu mendatangkan wisatawan mancanegara yang mencintai alam, memiliki waktu yang banyak (lebih dari 2 minggu length of stay) dan memiliki kemampuan finansial yang tinggi (lebih dari USD 200 per hari) dengan total potensi industri birdwatching sebesar USD 1.1 Triliun menuju 2034. Target wisatawan utama berasal dari Amerika Serikat dan Eropa, khususnya Inggris, serta India, China, Jepang, dan Australia dengan total potensi lebih dari 3 juta pergerakan internasional dari wisatawan minat khusus birdwatch, dan lebih dari 25 juta wisatawan fotografer flora dan fauna (wildlife) per tahun.
Dalam kegiatan tersebut diadakan pula diskusi yang membahas cara memulihkan ekosistem hutan yang rusak dan memberi peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat terutama pengalihan lapangan kerja baru bagi pemburu satwa liar menjadi pelaku pariwisata. Dibahas pula titik pengamatan, edukasi dan pengambilan foto aktifitas burung.