KRJOGJA.Com - Penyandang tunanetra memiliki kesempatan lebih mengetahui dunia di sekitarnya dengan aplikasi Netraku. Startup ini merupakan buah karya mahasiswa Universitas Indonesia (UII).
“Dengan Netraku kita dapat memberikan kesempatan yang setara kepada tunanetra untuk ‘melihat’ dunia'," Chief Operating Officer Netraku, Ninik Tri Astutik.
Dikemukakan Ninik, Netraku merupakan startup yang tumbuh dan dibimbing IBISMA UII (Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama) yang tergabung dalam program Startup Inovasi Indonesia (SII) Tahun 2022. Selain itu dikembangkan oleh 3 anggota yang memiliki visi dapat membantu difabel netra dalam memanfaatkan teknologi yang bergerak semakin maju dari waktu ke waktu. Berbasis AI (Artificial Intelligence) berupa software aplikasi.
Dijelaskan, berbasis AI sebagai upaya memudahkan kegiatan bagi warga difabel netra. Aplikasi tersebut memiliki enam tombol pilihan.
“Aplikasi Netraku hadir sebagai alat yang memudahkan kegiatan teman-teman difabel netra. Netraku terdiri dari 4 tombol pendeteksi yang terafiliasi dengan kamera gawai, yaitu benda, uang, tulisan, jalan, dan tombol 2 tombol tambahan, (yaitu) pengaturan serta tentang aplikasi Netraku,†jelasnya kepada KRJogja.com, Senin (18/7/2022).
Lebih lanjut, Ninik menjabarkan fungsi atau kegunaan masing-masing tombol pindai tersebut, “tombol pertama adalah memindai benda di sekitar termasuk manusia dengan persentase keakuratan, tombol kedua (adalah) uang yang dapat memindai dan mendeteksi uang, tombol ketiga yaitu tulisan yang dapat memudahkan teman difabel netra membaca tulisan dalam sekali pindai, terakhir (adalah) tombol jalan yang berfungsi mendeteksi dan memandu teman difabel netra untuk jalan (khusus) Yellow Light dan mengetahui benda-benda yang berada di sekitarnya. (untuk) tombol atur untuk mengatur kecepatan suara dan tombol “tentang†adalah berisi aplikasi Netraku,†tambahnya.
Semua tombol-tombol yang ada akan memindai benda-benda disekitar termasuk manusia dengan bantuan Talkback. Talkback adalah fedback benda yang dipindai, sehingga dapat memandu dan membantu teman difabel netra mengetahui benda disekitar melalui indera pendengaran.
Hingga kini, pihaknya masih terus melakukan pemuktahiran dan perkembangan lebih lanjut untuk menyempurnakan aplikasi Netraku, disamping juga menunggu pengajuan hak paten.
Ninik menyampaikan waktu penyempurnaan aplikasi Netraku membutuhkan waktu selama enam bulan,
“Penyempurnaan aplikasi sendiri (dari) awal ide muncul sampai waktu (sekarang) prototipe muncul, kami sudah melewati 6 bulan dari bulan Januari sampai bulan Juni. (Dan) kedepannya akan butuh waktu yang mungkin lebih lama untuk ke tahap yang lebih advanced atau sempurna,†pungkasnya.
Sebagai informasi, startup Netraku telah melakukan pengujian lapangan di beberapa lembaga pendidikan tunanetra seperti Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis), Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Bantul, dan PLD UIN Sunan Kalijaga. Selain itu, Nettraku juga bekerja sama dengan lembaga sosial Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Yogyakarta, dan Badan Sosial Mardi Wuto.
Informasi lebih lengkap terkait aplikasi Netraku dapat mengunjungi laman website www.netraku.id. (Mikael Thoriq)