KRjogja.com - SETIAP pemimpin memiliki perjalanan panjang yang tidak selalu tertangkap media. Ada kisah keluarga, ada perjuangan yang tak terdengar, ada nilai yang membentuk karakter.
Di sanalah Sofa Nurdiyanti, perempuan kelahiran Ngawi dengan latar belakang pendidikan Psikologi dari Universitas Sanata Dharma, menempatkan dirinya: menuliskan kisah para pemimpin Indonesia agar tidak hilang oleh waktu. Berbekal 15 tahun pengalaman menulis dan mengedit, Sofa dikenal karena kemampuannya menangkap sisi manusiawi dari tokoh-tokoh besar.
“Saya senang menulis biografi karena setiap pemimpin punya mozaik cerita,” ujar Sofa.
“Tugas saya merangkai mozaik itu sesuai gaya dan keinginan mereka,” imbuhnya.
Baca Juga: Asal Muasal Nama Kabanaran untuk Jembatan Pandansimo yang Diresmikan Prabowo, Ternyata Diberinama Langsung Oleh Sultan
Biografi Gubernur Sulawesi Barat: Jujur, Tegas, dan Apa Adanya
Nama Sofa mulai dikenal luas setelah mengerjakan biografi SDK Mendayung dari Hulu: Maestro Politik Bertangan Dingin dari Sulawesi Barat, biografi Dr. H. Suhardi Duka, M.M.
Buku tersebut menggambarkan perjalanan Suhardi Duka yang kini menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Barat mulai dari masa kecil, pengalaman politik hingga kepemimpinan daerah. Penulisan buku dilakukan dengan gaya yang jujur, to the point, dan tidak bertele-tele, sesuai permintaan sang tokoh.
“Pak SDK tipe pemimpin yang sangat cerdas, hafal detail peristiwa, termasuk angka dan tahun,” kata Sofa.
“Itu sangat membantu proses riset karena beliau bisa mengingat kronologi dengan presisi,” tandasnya.
Kemampuan mengingat detail ini membuat proses wawancara berjalan efisien dan akurat. Sofa tinggal menyusun potongan-potongan informasi menjadi narasi yang utuh dan mudah dipahami pembaca.
Baca Juga: Warga Singosaren Wirobrajan Abadikan Nama Tiga Tokoh Legendaris melalui Penamaan Gang
Mengawal Cerita dari Lingkar Istana
Karya lain yang memperkuat reputasi Sofa adalah keterlibatannya dalam memoar nasional berjudul “Mengawal Merah Putih: 8 Tahun di Garis Depan Istana.” Memoar ini mengisahkan perjalanan Heru Budi Hartono, sosok yang selama delapan tahun menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Peringatan HUT Kemerdekaan RI, sebelum kemudian menjadi PJ Gubernur DKI Jakarta.
“Pak Heru juga sangat detail. Beliau mengingat tahun hingga urutan kejadian dengan sangat rapi. Itu membuat saya mudah memverifikasi informasi dan memahami konteks kenegaraan yang beliau tangani,” jelas Sofa.
Memoar ini membutuhkan ketelitian tinggi karena berkaitan dengan protokol negara, peristiwa kenegaraan, dan dinamika di lingkar dalam istana. Sofa mendampingi proses penyusunan struktur cerita, memastikan setiap bab menggambarkan pengalaman Heru secara profesional.
“Beliau berpesan agar buku ini ditulis dengan bahasa yang rapi tetapi tetap bisa dinikmati pembaca umum. Jadi saya menyusun narasinya tidak terlalu teknis, tetapi tetap setia pada fakta,” terangnya.
Baca Juga: Prabowo dan PM Malaysia Anwar Ibrahim Gelar Pertemuan Tertutup di Istana Merdeka
Pendamping Akademisi dan Tokoh Nasional