kisah-inspiratif

Tricahyo, Dari Bulutangkis ke Kuliner

Jumat, 27 November 2020 | 12:10 WIB
Tricahyo (tengah) diapit sesama mantan pebulutangkis Sarwendah Kusumawardhani (kiri) dan Eny Octaviany (kanan). (Istimewa)

BERBAGAI sektor kehidupan masyarakat saat ini terdampak merebaknya virus corona, terutama sektor kesehatan dan ekonomi. Para pelaku usaha kecil, menengah, hingga atas merasakan langsung efek dari virus corona yang hingga kini belum diketahui secara pasti kapan akan berakhir. Selain mengandalkan 'bantuan' dari pemerintah, kini masyarakat juga berusaha untuk mencari peluang ekonomi dengan berbagai macam usaha. Salah satu usaha yang banyak digeluti masyarakat adalah kuliner, baik secara online maupun langsung saji.

Bagi sebagian orang, bisa bertahan menjalankan usaha merupakan salah satu kiat untuk tetap bisa eksis. Selain itu, tetap melakukan aktivitas sehari-hari sembari menjalankan usaha pendamping dianggap sebagai solusi yang logis di tengah-tengah pandemi Covid-19. Hal itulah yang saat ini dilakukan Tricahyo AN (54) mantan pebulutangkis nasional asal Yogya. Setelah undur diri dari kancah bulutangkis nasional kurang lebih 15 tahun lalu, Tricahyo beralih sebagai pemain bulutangkis spesial turnamen.

Berbagai turnamen bulutangkis (kelas veteran) tingkat daerah hingga nasional secara rutin diikuti sehingga stamina dan teknik bermainnya tetap terjaga. Tricahyo juga rutin 'ngombyongi' para pemain bulutangkis daerah untuk membangkitkan gairah bermain bulutangkis. Mesti tidak sempat berkibar di level internasional, pencapaian prestasi Tricahyo di kancah bulutangkis, sejak kategori pemula, remaja, hingga taruna terbilang lumayan bagus.

Seiring pandemi Covid-19, Tricahyo 'banting stir' usaha kuliner lantaran tak ada lagi turnamen bulutangkis (kelas veteran) di beberapa kota. Kini Tricahyo buka usaha Warung Makan 'Gentong' di Jalan Kebon Agung, selatan Lapas Cebongan Sleman. Menu yang disediakan spesial sate sapi dan tongseng ayam. di rumah makan yang dikelola keluarga itu, tersedia pula menu tambahan semisal jamur, sosis sapi, daging sapi,jagung manis, hingga ayam cincang. Banyak rekannya yang berseloroh, Tricahyo dari bulutangkis ke kuliner.

Bagi Tricahyo usaha warung makan yang dirintisnya seiring pandemi Covid-19 sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurutnya, kita tidak boleh diam menghadapi virus corona, melainkan harus berbuat sesuatu agar kehidupan tetap berlangsung sebagaimana sediakala. Selain menaati semua imbauan pemerintah, masyarakat harus berusaha untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dengan berbagai cara.

Sebagai mantan pemain bulutangkis yang pernah mencicipi kerasnya kompetisi dalam mencapai prestasi di level nasional, daya juang Tricahyo benar-benar terbukti tahan uji. Menghadapi pandemi Covid-19, dirinya berpikir untuk membuka usaha agar bisa menopang kehidupan keluarga. Suami dari Margiyani dan bapak dua anak (Kosten Zezaca Pratama dan Kinara Gadiza Dwinow) akhirnya memutuskan untuk membuka usaha Warung Makan Gentong, yang dikenal dengan masakan spesialnya sate sapi dan tongseng ayam. Bersama sang istri dan anggota keluarga lain, Tricahyo ingin membuktikan bahwa Tuhan pasti menyediakan jalan kehidupan bagi umat-Nya.

"Dulu saya dikenal sebagai pemain bulutangkis dan sampai sekarang masih tetap konsisten bermain bulutangkis. Kini predikat saya bertambah sebagai pengusaha warung makan," ujar Tricahyo, yang semasa SD hingga SMP bernaung di Persatuan Bulutangkis (PB) Sakti Yogya. Selepas itu, Tricahyo berkesempatan menimba ilmu di SMA Ragunan Jakarta (sekolah khusus olahragawan/olahragawati). Ketika disinggung rekan seangkatan bermain bulutangkis, Tricahyo menyebut nama Bambang Supriyanto, Joko Supriyanto, Suganyanto, Ignatius Rusli, Edy Hartono Arbi, Simbarsono, Sarwendah Kusumawardhani, Lilis Suci Santoso, Handayani, Eny Octaviany, dan Dwi Wahyuni Endahsari.

Saat ini Tricahyo menetapkan pilihan untuk hidup menetap di Yogya, setelah cukup lama menjalani kehidupan dari satu kota ke kota lain, terutama berkaitan dengan aktivitasnya sebagai pebulutangkis. Pilihan hidupnya di bidang ekonomi adalah membuka warung makan dan bisnis produk-produk tertentu melalui online. Tricahyo juga menyediakan waktu untuk melatih bulutangkis, baik yang sifatnya privat maupun reguler. "Rekan-rekan sesama pemain bulutangkis sering bertandang di warung makan yang saya kelola," kata Tricahyo, Kamis (26/11/2020).

Saat disinggung menu yang disediakan di Warung Makan Gentong, Tricahyo berujar diupayakan sesuai dengan selera pelanggan dan harganya pun terjangkau. Agar memiliki rasa khas, untuk urusan racikan bumbu masakan dibuat sendiri, tidak dipasrahkan pada orang lain. Setidak-tidaknya istrinya-lah yang secara khusus membuat racikan bumbu berbagai olahan, mulai dari sate sapi, tongseng ayam, telur gulung, hingga tongseng cakar ayam. "Ini usaha halal, jadi saya jalani dengan penuh kesungguhan," ujar Tricahyo yang namanya mulai melejit di Turnamen Bulutangkis 'Moenadi Cup' Semarang pada tahun 70-an, di kelas pemula final melawan Joko Supriyanto dan di kelas remaja melawan Hermawan Susanto. Tricahyo mengaku dirinya spesialis masuk final, tetapi selalu gagal menjadi juara.

Tricahyo berujar saat ini yang dilakukan adalah memberi pemahaman kepada kedua anaknya, bahwa untuk bisa mencapai hasil maksimal harus melalui perjuangan dan proses panjang. Tidak bisa kita mencapai sesuatu dengan mudah, layaknya mendapatkan batu jatuh dari langit. Sebagaimana dirinya telah melakukan, baik sebagai seorang pebulutangkis maupun pelaku bisnis. Dirinya memegang prinsip, orang hebat lahir dari tempaan kerasnya kehidupan, bukan lantaran berbagai kemudahan dan keberuntungan saja. Prinsip itu sejak dini ditanamkan pada kedua anaknya, agar kelak mampu hidup secara mandiri.(Haryadi)

Tags

Terkini

Zalaka Pastry dan Cake Batik Angkat MAN 5 Sleman

Jumat, 14 November 2025 | 19:50 WIB

Ulil Albab M.Ikom: Presenter Harus Percaya Diri

Minggu, 2 November 2025 | 19:45 WIB

Tri Wahyuni Pemuda Pelopor Seni Budaya DIY 2025

Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:40 WIB