SUKOHARJO, KRJOGJA.com -Â Pemerintah desa yang memanfaatkan pengelolaan sampah secara mandiri melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) semakin banyak. Sampah dikelola untuk kebersihan lingkungan sekaligus pendapatan asli desa (PAD).
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo memberikan pendampingan agar sampah tidak asal dibuang namun dapat dipilah untuk menekan volume buangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mojorejo Bendosari.
Kepala DLH Sukoharjo Agus Suprapto, Selasa (2/8/2022) mengatakan, dari 167 desa dan kelurahan di 12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo sudah banyak pemerintah desa dan kelurahan melakukan pengelolaan sampah secara mandiri.
Sebanyak 150 desa dan 17 kelurahan sebagian banyak mengelola sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan sekaligus meningkatkan sumber pendapatan asli desa.
Khusus untuk pemerintah desa mereka sekarang sebagian besar sudah memiliki BUMDes. Salah satu unit usaha yang dijalankan yakni terkait pengelolaan sampah masyarakat. Sampah yang dihasilkan warga diambil oleh BUMDes untuk selanjutnya dikelola dan dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari.
DLH Sukoharjo menilai langkah yang dilakukan pemerintah desa melalui BUMDes sudah selangkah lebih maju. Artinya keberadaan BUMDes membantu Pemkab Sukoharjo dalam pengelolaan sampah ditingkat desa agar tidak terjadi penumpukan.
Namun disisi lain, pengelolaan BUMDes juga dituntut berinovasi agar sampah yang diambil tidak langsung dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari. Tapi dilakukan pemilihan dan pemanfaatan sampah yang bisa didaur ulang.
"Volume sampah buangan di TPA Mojorejo Bendosari salah satunya karena semakin banyak pemerintah desa melakukan pengelolaan sampah mandiri melalui BUMDes. Sampah dari BUMDes ternyata langsung dibuang dan mereka dituntut lebih inovatif dengan melakukan pemilahan dan daur ulang," ujarnya.
DLH Sukoharjo akan memberikan pendampingan kepada BUMDes dalam pengelolaan sampah. Sebab sampah yang diambil dari warga masih bisa dipilah oleh pengurus BUMDes untuk dimanfaatkan sebelum dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari.
"Sampah yang dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari merupakan sampah yang benar-benar sudah tidak terpakai. Sampah yang masih bisa didaur ulang maka bisa dimanfaatkan ditingkat desa," lanjutnya.
Agus mengatakan, kondisi perkembangan volume sampah buangan masyarakat semakin mengkhawatirkan. Sebab kenaikan terus terjadi setiap tahun. Disisi lain tempat pembuangan di TPA Mojorejo Bendosari terbatas hanya seluas sekitar 4,5 hektar saja.
DLH Sukoharjo mencatat kenaikan volume sampah buangan masyarakat mulai terjadi sejak tahun 2020 lalu saat awal pandemi. Apabila sebelumnya hingga akhir tahun 2019 volume sampah buangan masyarakat sekitar angka 140 ton per hari pada tahun 2019 maka naik menjadi 160 ton per hari pada tahun 2020.
Kenaikan volume sampah buangan masyarakat terus terjadi hingga tahun 2021 menjadi 200 ton per hari. Sekarang tahun 2022 naik lagi dikisaran 220 ton per hari.
Sampah tersebut semuanya dibuang ke TPA Mojorejo Bendosari setiap hari menggunakan truk pengangkut sampah resmi dari DLH Sukoharjo dan armada lainnya milik pemerintah desa.
Volume sampah buangan masyarakat meningkat berdasarkan pemantauan DLH Sukoharjo disebabkan karena adanya kenaikan aktivitas masyarakat selama dua tahun pandemi virus Corona. Sebab masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar ruangan dan tetap di rumah.