Stok Pedagang Minim, Harga Cabai Rawit di Sukoharjo Semakin 'Pedas'

Photo Author
- Senin, 8 Juli 2019 | 15:51 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Kemarau panjang berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok. Seperti terjadi pada cabai rawit dimana sekarang menyentuh angka Rp 60 ribu perkilogram dari sebelumnya pada kisaran Rp 30 ribu - Rp 40 ribu perkilogram. Kenaikan sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Kondisi tersebut dikeluhkan pedagang dan pembeli.

Pedagang Pasar Ir Soekarno Sukoharjo, Sihyem, Senin (8/7/2019) mengatakan, harga cabai rawit mengalami kenaikan sejak beberapa pekan terakhir disebabkan salah satunya karena faktor cuaca dimana sekarang terjadi kemarau. Kondisi tersebut berdampak pada minimnya pasokan barang dari petani ke para pedagang. Stok yang minim berpengaruh pada pasar dimana terjadi kenaikan harga. Bahkan kenaikan dalam satu pekan terakhir sangat tinggi.

Harga cabai rawit yang tadinya hanya sekitar Rp 30 ribu - Rp 40 ribu perkilogram sekarang naik menjadi Rp 60 ribu perkilogram. Kenaikan membuat pedagang mengeluh karena sangat berpengaruh pada sepinya pembeli. Selain itu menyebabkan penurunan penjualan yang berdampak pada minimnya pendapatan.

Kemarau juga membuat kualitas cabai rawit yang diterima pedagang mengalami penurunan. Sebab banyak cabai saat diterima sudah dalam keadaan layu dan tidak segar lagi. Kondisi tersebut berpengaruh pada daya tahan barang dan mudah busuk apabila tidak segera laku dijual.

"Harga cabai rawit sekarang sangat tinggi dan kualitasnya turun karena banyak yang layu dan mudah busuk. Penyebabnya karena faktor cuaca musim kemarau," ujarnya.

Untuk menekan angka kerugian maka pedagang terpaksa harus melakukan sortir terhadap cabai rawit yang didapat dari petani. Cabai rawit dalam kondisi busuk dipisahkan dan tidak dijual. "Saya kulakan cabai sekarang lebih sedikit dibanding sebelumnya untuk menekan angka kerugian," lanjutnya.

Dampak kenaikan harga cabai rawit sangat dirasakan pedagang karena dalam satu hari mereka sangat sulit menjual barang dalam jumlah banyak. Kalaupun ada pembeli maka yang ditemukan justru pengurangan pembelian tinggal separuhnya saja. Hal itu berdampak pada berkurangnya pendapatan yang diterima.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Pemkab Klaten Siaga Antisipasi Bencana Saat Nataru

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

Gudang Oli di Tanjunganom Grogol Terbakar

Senin, 15 Desember 2025 | 21:50 WIB

Ratusan Pelari Ramaikan Run To Geopark Klaten

Senin, 15 Desember 2025 | 10:20 WIB

Petugas Gabungan Gelar Apel Jelang Libur Nataru.

Kamis, 11 Desember 2025 | 22:05 WIB

Bripka Eriqo Terima Penghargaan dari PBB

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:35 WIB
X