SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Sebanyak 449 siswa diberbagai sekolah berbasis agama disejumlah wilayah di Sukoharjo menolak imunisasi Measles Rubella (MR) atau Campak dan Rubella. Kondisi tersebut membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sukoharjo memperbanyak sosialisasi. Dai juga diterjunkan ditengah masyarakat untuk membantu menjawab keraguan orang tua murid berkaitan dengan kehalalan vaksin.
Wakil Ketua MUI Sukoharjo bidang komisi fatwa Guntur Subiyantoro, Senin (14/8/2017) mengatakan, sejak diluncurkan awal Agustus sampai sekarang sudah banyak terjadi penolakan siswa mendapatkan imunisasi MR. Kondisi tersebut membuat MUI Sukoharjo tergerak dengan membantu melakukan sosialisasi.
Seperti yang dilakukan MUI di Gedung IPHI Sukoharjo bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo. Total ada 250 kepala sekolah Muhammadiyah diundang untuk mendapatkan penjelasan secara langsung dari petugas.
“Sosialisasi ini penting untuk kepala sekolah. Mereka setelah ini bisa meneruskan informasi ke guru dan menjawab kalau ada pertanyaan dari orang tua murid berkaitan dengan penolakan pemberian imunisasi MR,†ujar Guntur Subiyantoro.
Penolakan siswa mendapatkan imunisasi MR disebabkan orang tua murid meragukan kehalalan vaksin. Selain itu ada alasan lain yakni mendahuli takdir dan lainnya. Â
“Alasan penolakan mayoritas karena dasar agama. Jadi dari MUI tergerak untuk membantu memberikan penjelasan khususnya berkaitan dengan keraguan kehalalan vaksin,†lanjutnya.
Sebanyak 449 siswa yang menolak mendapatkan imunisasi MR tersebar di wilayah Kecamatan Sukoharjo Kota, Kartasura, Nguter dan Polokarto. Mereka diketahui menolak setelah ada surat pernyataan dari orang tua murid diberikan ke sekolah. Selanjutnya sekolah melapor ke dinas terkait termasuk masuk ke MUI Sukoharjo.
“MUI sudah melakukan langkah seperti sosialisasi dan dialog dari hati ke hati orang tua murid di salah satu sekolah di Sukoharjo Kota. Ada 60 siswa yang tadinya menolak kemudian berubah pikiran bersedia mendapatkan imunisasi MR,†lanjutnya.