KRjogja.com - SUKOHARJO - Petani mengeluhkan harga gabah yang terus turun bersamaan dengan panen musim tanam I (MT I) padi. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan pendapatan yang diperoleh. Karena itu, petani memilih menjual dalam bentuk beras lebih menguntungkan.
Petani Desa Singopuran Kecamatan Kartasura Widodo, Senin (25/3/2024) mengatakan, petani sudah memasuki panen MT I padi. Namun demikian kondisi tersebut justru dikeluhkan petani karena terjadinya penurunan harga gabah. Penyebabnya karena panen padi bersamaan terjadi disejumlah daerah.
Panen bersaman tersebut menyebabkan stok gabah melimpah disejumlah daerah dan berdampak harga turun. Petani mengeluh karena harga gabah sekarang tidak sebanding dengan kerja keras dan biaya produksi tinggi.
Baca Juga: Ketum PBVSI Bocorkan Alasan Pilih Jogja Jadi Pembuka Proliga 2024
"Kualitas gabah hasil panen baik dan tidak rusak. Tapi harga justru turun dipasaran dan sangat dikeluhkan petani. Daripada tetap dijual dalam bentuk gabah dan rugi, saya dan beberapa petani lain nekat menjual dalam bentuk beras karena lebih untung," ujarnya.
Widodo mengatakan, harga gabah hasil panen petani sekarang hanya dihargai Rp 6.600 per kilogram. Harga tersebut tidak sesuai harapan petani karena mengalami penurunan. Sebab pada panen sebelumnya harga gabah panen dihargai lebih dari Rp 7.500 per kilogram.
"Gabah hasil panen saya kelola sendiri dan digiling jadi beras baru saya jual. Ternyata sistem baru ini menguntungkan dan tetap ada pembeli," lanjutnya.
Beras dijual dikatakan Widodo sudah diatas angka Rp 13.000 per kilogram. Harga tersebut masih menguntungkan dan mampu menutup biaya produksi tanam.
"Setelah panen masih ada biaya untuk jemur dan giling gabah menjadi beras. Tapi tetap saja masih ada untung lumayan dengan menjual beras dibanding gabah," lanjutnya.
Baca Juga: Risto Vidakovic Isyaratkan 'Parkir' Anthony Pinthus di Lima Laga Terakhir PSS
Petani Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Manto, mengatakan, harga gabah turun membuat petani rugi. Sebab kondisi sekarang permintaan beras sedang tinggi dipasaran. Petani berharap dengan kondisi tersebut bisa mendapat untung setelah panen padi. Namun ternyata harga gabah dipasaran sekarang turun dibawah angka Rp 7.000 per kilogram.
"Petani masih berharap harga gabah tinggi seperti musim panen sebelumnya diatas angka Rp 7.500 per kilogram. Tapi ternyata justru turun. Saya sendiri akhirnya memilih menunda menjual gabah dan beralih menjual dalam bentuk beras. Saya giling sendiri ke penggilingan padi dan dijual," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Bagas Windaryatno, mengatakan, awal panen padi MT I di Kabupaten Sukoharjo sudah dimulai pada Maret ini. Petani disebagian wilayah Kecamatan Bendosari, Nguter dan Polokarto panen padi sejak sepekan lalu. Panen masih berlanjut hingga akhir bulan ini.
Petani yang melakukan panen padi sekarang merupakan hasil tanaman pada periode akhir Desember 2023 hingga Januari 2024 lalu. Petani pada saat itu tetap melakukan tanam padi dengan mencari sumber pengairan sendiri menggunakan sumur pantek. Sebab kondisi saat itu sumber air kering seperti di aliran Dam Colo dan masih dalam cuaca musim kemarau. Kondisi diperparah dengan adanya fenomena alam El Nino yang berdampak pada lingkungan menjadi kering.
Baca Juga: Gerakan #BersatuKitaLapor, Telkomsel Ajak Masyarakat Laporkan Penipuan Online