DPRD Kulonprogo Desak Tangani Stunting

Photo Author
- Senin, 22 Juli 2019 | 13:41 WIB

WATES, KRJOGJA.com - Di Kabupaten Kulonprogo Kasus stunting (bertubuh pendek/kerdil) berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2017 sebesar 26 persen. Tetapi pemantauan Status Gizi (SG) tahun 2018 ada di angka 22 persen, dan tahun 2019 sebesar 14,31 persen. 

Awal 2018 sebanyak 3.549 anak balita stunting dan akhir tahun 2018 sebanyak  3167 balita.Terhadap itu, Komisi IV DPRD Kabupaten Kulonprogo minta Dinas Kesehatan setempat untuk lebih serius dalam menyikapi persoalan stunting di mana angkanya lebih dari 10 persen.

"Dari 3.549 tersebut, setelah diverifikasi penyebab utamanya karena pola asuh dan pola makan, ada sekitar 70 persen sekian. Penyebab lain akibat dari keluarga miskin, keluarga ada yang merokok, tidak air susu ibu (ASI) eksklusif, ada dari kecil sudah sering sakit, serta ibunya memang pendek, dan lainnya," kata drg Hunik Rimawati MKes Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo, Senin (22/07/2019).

Penanganan stunting ini, dijelaskan Hunik,  bisa dilakukan pada 1.000 kehidupan pertama, artinya mulai janin/hamil. Kalau yang sudah di atas 2 tahun bisa tapi sangat kecil. 

"Sebetulnya, penanganannya bisa dilakukan sejak hamil. Ketika remaja sudah diberikan tablet zat besi (Fe) atau penambah darah supaya tidak anemia dan ketika hamil sudah siap serta tidak ada risiko. Ibu hamil juga diberi pemberian makanan tambahan (PMT).  Penanganan tidak mudah, baru berapa tahun kelihatan dan berikutnya ibu dicegah jangan melahirkan bayi stunting baru. Jangan sampai yang sini ditangani kemudian muncul lagi," jelas Hunik sambil menambahkan, penanganan stunting ini tidak bisa hanya dilakukan dinas-nya saja, tapi harus bersinergi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya. Berdasar Perbup No 37 Tahun 2018 yang mengharuskan 14 OPD terlibat dalam mencegah stunting di Kulonprogo. 

Penanganan stunting, menurut Hunik,  ada spesifik dan sensitif. Spesifik dengan penanganan anak-anak maupun ibu dikasih obat cacing, pemberian Fe untuk remaja dan ibu, PMT untuk ibu dan balita. Ini dilakukan terus, hanya sekarang monitoringnya lebih ketat, dulu tablet Fe dikasihkan tapi anemia masih tinggi, maka sekarang dimonitor. "Sedang penanganan dari yang sensitif semakin kelihatan, misal Dinas PU untuk Pasimas-nya difokuskan yang locus stunting, karena kalau air bersih kurang, maka bisa diare dan sebagainya. Demikian pula Dinas Pendidikan tentang pola asuh atau parenting sinergitasnya.

Penanganan stunting perlu proses, mereka harus rajin datang ke posyandu, dimonitor. Sehingga anak gizinya bagus terpantau," tuturnya sambil menambahkan ibu hamil di Kulonprogo setahun sekitar 6.000 orang.

Terhadap stunting ini, Priyo Santoso SH anggota Komisi IV DPRD Kulonprogo, minta Dinas Kesehatan setempat agar lebih serius mensikapi persoalan tersebut. "Untuk itu perlu konsep yang jelas dalam rangka penanganannya. Tanpa konsep yang jelas, maka penanganannya akan kurang optimal, upaya jangka pendek harus ada intervensi atau diskresi kebijakan dalam hal peningkatan perhatian kesehatan ibu hamil, peningkatan kualitas gizi balita dan pelayanan dasar kesehatan. Jadi harus diperhatikan betul terhadap hal di atas," tuturnya. (Wid)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

YIA Siap Layani Lonjakan Penumpang Libur Akhir Tahun

Kamis, 18 Desember 2025 | 19:50 WIB

Peran Strategis Baznas Bantu Masyarakat

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:30 WIB

Data BPS Bisa Dikemas Jadi Konten Edukatif

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:45 WIB

Direksi KR Silatuhrami dengan Bupati Kulonprogo

Minggu, 7 Desember 2025 | 17:46 WIB
X