Karakter yang dimaksud yaitu Yogyakarta memiliki destinasi heritage seperti Bali. Begitu juga dengan potensi budaya, alam, memiliki bermacam kuliner, kesenian, kerajinan, belanja. “Selalu ada yang baru di Yogya. Banyak potensi wisata yang bermunculan. Bali memiliki kekuatan dikerajinan, begitu juga dengan Yogyakarta,†tegas Devy.
Bali maupun Yogyakarta, keduanya sudah dikenal dunia. "Persamaannya lagi, baik di Yogya dan Bali, industri yang menopang ekonomi adalah industri kecil,†kata Devy. Duplilkasi tersebut bukannya menjadikan Yogyakarta sebagai second destination setelah Bali, karena meski memiliki banyak persamaan, kedua daerah tersebut tetap memiliki perbedaan dalam sisi pariwisata.
Menurut Devy, alasan paling mendesak kenapa NYIA dibangun adalah kapasitas Bandara Adisutjipto yang seharusnya maksimalnya 1,8Â juta penumpang, kini sudah 7,8 juta penumpang setahun.
Lebih lanjut Devy mengatakan nantinya di tahun-tahun awal NYIA beroperasi akan menargetkan 14 juta penumpang pertahun. Diperkirakan saat Bandara Ngurah Rai mencapai jumlah penumpang maksimal 37 juta penumpang pertahun, Yogyakarta mencapai 20 juta penumpang pertahun.
Corporate Communication PT Angkasa Pura I Awaluddin menambahkan pembangunan NYIA pada April 2019 direncanakan dari sisi udara (airside) selesai 100 persen dan sisi darat (landside) atau terminal sudah mencapai 35 persen. “Pada April 2019 sudah bisa difungsikan untuk penerbangan internasional,†ujar Awaluddin. (Apw)