Krjogja.com - KULONPROGO - Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Dr Ir Suwandi MSi menjelaskan, hampir seluruh daerah di Indonesia pada musim kemarau ini terjadi eksplosi serangan hama wereng terhadap agribisnis padi.
Sehingga kondisi tersebut harus segera di atasi salah satunya dengan gerakan pengendalian (gerdal) hama wereng bersama.
"Saya minta seluruh jajaran termasuk petugas lapangan, Babinkamtibmas, Babinsa dan para petani di seluruh pelosok bareng-bareng mengamankan tanaman milik petani. Serangan hama wereng memang cukup memprihatinkan bagi kita semua, sehingga perlu langkah-langkah cepat dan praktis mengatasinya," kata Suwandi saat Gerdal Hama Wereng dengan melakukan penyemprotan di lahan sawah Bulak Tambak, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulonprogo, DIY, kemarin.
Baca Juga: AI Jadi Alat Bantu, Kemendikbud Dorong Siswa Belajar Efisien dan Efektif
Gerdal Hama Wereng Bersama dilakukan secara masif di seluruh wilayah Indonesia. Untuk di Kabupaten Kulonprogo serentak dilaksanakan di 12 kapanewon di wilayah Kabupaten Kulonprogo.
Pihaknya menilai gerakan tersebut perlu dilakukan mengingat luas serangan di kabupaten ini sudah mencapai 900 hektare (ha) lebih. "Kita berupaya maksimal mungkin menekannya agar tidak terjadi puso dan produksi bisa dijaga," tegas Suwandi.
Diungkapkan, gerakan masif mengatasi hama wereng memang sangat diperlukan mengngat perkembangannya sangat cepat. Sekali bertelur sekitar 600.
Baca Juga: 11 Daftar Film yang Tayang di Bioskop Bulan Mei 2024, Mulai Genre Romantis, Horor Hingga Action
"Tadi saya lihat di satu rumpun padi ada 500 telur yang sudah mulai menetas. Bayangkan kalau semua rumpun padi terjadi penetasan yang sama, tentu serangannya bisa tak terkendali," tuturnya.
Dirjen TP Kementan, Suwandi mengingatkan petani untuk menerapkan pergantian varietas benih yang tahan wereng, supaya lebih aman dan antisipasi dini terhadap serangan OPT, gunakan bahan-bahan pestisida yang ramah lingkungan.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo, Drajat Purbadi mengatakan, luasan lahan yang terserang Wereng Batang Coklat (WBC) sekitar 900 ha.
Upaya yang dilaksanakan menggeser alokasi anggaran yang awalnya untuk Agensi Pengendalian Hayati (APH) dialihkan untuk penyemportan. "Jadi dana dari APBD kita alihkan sekitar Rp 40 juta untuk penyemprotan," ujarnya.
Kemudian melakukan advokasi terkait belanja tidak terduga dari Kabupaten sebesar Rp 400 juta untuk pembelian peskim.
"Penjabat Bupati juga menerbitkan surat edaran yang salah satu intinya adalah untuk kalurahan bisa memanfaatkan dana desa untuk kegiatan pengendalian hama," ujarnya menambahkan kegiatan gerdal dilaksanakan setiap hari dan panennya sudah mencapai 594 ha.