Krjogja.com - KULONPROGO - Merti Padukuhan Boro, Kalurahan Karangsewu, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berlangsung meriah lantaran di dikolaborasikan dengan acara Biennale Jogja 18 Kawruh Tanah Lelaku.
Prosesi acara diawali dengan kirab 'Pajal Ulihan' dan dilanjutkan berbagai penampilan seni dan budaya oleh anak-anak, grup musik khadroh dan tari angguk.
Suasana semakin menarik setelah penonton menyaksikan di sekitar lokasi terpajang karya-karya seni instalasi yang notabene sebagai salah satu jenis karya seni kontemporer.
Meski bahan yang dipakai para seniman sangat sederhana seperti pelepah kelapa kering tapi setelah ditata, nampak sangat menarik dan mengundang perhatian masyarakat.
Direktur Yayasan Biennale Jogja, Alia Swastika menjelaskan, kegiatan tersebut sebagai bentuk keberlanjutan dari perhelatan Biennale ke-17 pada 2023 silam.
Baca Juga: MPBI Gelar Sekolah Serikat Buruh untuk Perempuan di DIY
Edisi ke-18 Biennale Jogja masih berada dalam lintasan tema besar Translokalitas dan Transhistorisitas sebagai bagian Seri Khatulistiwa (Equator) Putaran Kedua.
Biennale Jogja merupakan pameran seni rupa kontemporer internasional yang diadakan dua tahunan di Yogyakarta yang bertujuan mengembangkan dan mengelola kekayaan kreativitas seniman Indonesia dan dari kawasan khatulistiwa.
Kawruh Tanah Lelaku sebagai judul dan bingkai kuratorial. "Secara etimologis, Kawruh berakar dari Bahasa Jawa berarti pengetahuan sebagai akumulasi pengalaman yang dicerna secara kritis oleh akal budi. Kawruh dalam lingkup Biennale Jogja ke-18 dimaknai sebagai sekumpulan keragaman praktik artistik yang berjangkar pada sikap dan upaya menyelami seluk beluk pengetahuan tersebut," katanya di sela acara, di Pendopo Karang Kemuning Ekosistem (KKE) Padukuhan Boro II, Kalurahan Karangsewu, Kapanewon Galur, Kulonprogo, Minggu (21/9).
Biennale Jogja 18 akan digelar dua babak, pertama di Boro, Kulonprogo dan Babak kedua di tiga titik, antara lain Kota Yogyakarta, Desa Panggungharjo, Desa Bangunjiwo, Kabupaten Bantul.
Babak pertama menjadi titik awal perjumpaan dengan warga, membuka ruang dialog antara praktik seni dan pengetahuan lokal yang tumbuh dari pengalaman sehari-hari.
Para seniman sebagian telah terlibat dalam program Asana Bina Seni, sebuah ruang pembelajaran praktik seni dan imajinasi sosial dari Yayasan Biennale Yogyakarta.
"Asana Bina Seni merupakan program rutin diadakan Yayasan Biennale Yogyakarta sebagai upaya dalam penyediaan ruang kreasi dan edukasi bagi para seniman dan kurator muda sejak 2019. Pada 2025 para peserta Asana Bina Seni telah melalui sesi kelas-kelas dan kegiatan inkubasi dimulai sejak Maret-Mei 2025, dengan materi berkisar pada tema estetika, ekologi, sejarah, gender, potensi desa, pengarsipan serta pemetaan sosial. Rangkaian ini ditutup dalam bentuk pameran dan program publik," ungkapnya.