Hari ketiga Nglarak Blarak digelar untuk Kecamatan Sentolo pada Minggu (08/09/19) di Lapangan Kaliagung, berlangsung mulai pukul 13.00 WIB. Permainan ini dikuti perwakilan 8 desa, yakni Desa Demangrejo, Srikayangan, Tuksono, Salamrejo, Sukoreno, Kaliagung, Sentolo, dan Banguncipto.
Joko Mursito sebagai Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulon Progo sekaligus pencetus adanya permainan olahraga tradisional Nglarak Blarak mengatakan bahwa proses pembuatan Nglarak Blarak sudah sejak tahun 2012.
Pada tahun 2014 diikutkan dalam sebuah kompetisi di tingkat nasional mewakili Yogyakarta yang dinamakan Festival Olahraga Tradisional tingkat Nasional. Diikuti oleh 33 Provinsi se- Indonesia, Nglarak Blarak mendapatkan juara Runner-Up di bawah Jawa Timur.
“Kemudian pada 2014 diminta main kembali di Ancol untuk berlaga di tingkat nasional dan internasional yang diikuti oleh 34 Provinsi se- Indonesia dan 164 Negara di dunia dimana Nglarak Blarak berhasil menjadi juara pertama dan yang terbaik. Oleh karena itu, kita berkewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan dengan cara menyelenggarakan kompetisi rutin secara tahunan setiap hari jadi Kulon Progo,†papar Joko kepada  KRjogja.com di Lapangan Kaliagung.
Di tingkat kecamatan para pemenang diberikan hadiah uang tunai yang meliputi juara 1 sebesar Rp 1,5 juta, Juara 2 Rp 1 juta, dan Juara 3 Rp 500 ribu. Panitia kompetisi ini yakni dari Dinas Kebudayaan kemudian bekerjasama dengan Karang Taruna 12 Kecamatan se Kabupaten Kulon Progo.
Festival Nglarak Blarak 2019 untuk tingkat Kecamatan Sentolo dimenangkan Desa Sukoreno, Juara 2 Desa Sentolo, dan Juara 3 Desa Salamrejo. Tentunya dari hasil ini, Desa Sukoreno yang berhak melaju ke tingkat Kabupaten Kulon Progo. Desa Sukoreno mampu menjadi juara bertahan sejak tahun 2017 untuk tingkat Kecamatan Sentolo.