Sampah Visual Bukti Ketidakmampuan Mahasiswa Melakukan Komunikasi yang Baik
 Penyumbang Sampah Visual Terbesar Pelajar dan Mahasiswa
 Sampah Visual Marak, Pemerintah Baru Sebatas Wacana
Sumbo Tinarbuko : Sampah Visual Bisa Jadi Bencana Sosial Bagi Yogya
Tips Acara Mahasiswa Laris Tanpa 'Nyampah Visual'
Hal serupa dirasakan oleh Andita Ayu (22), mahasiswi Teknik Perminyakan di Yogyakarta ini. Meskipun publikasi melalui sosmed sudah mulai marak dilakukan, mahasiswi yang akrab disapa Dita ini juga belum menemukan wacana pengurangan poster publikasi oleh mahasiswa dalam himpunannya.
"Memang sih, pada akhirnya poster-poster itu akan menjadi sampah visual. Tapi ya mau gimana lagi? Namanya juga publikasi. Sebenarnya kalau menurutku lebih efektif baliho, tapi pasang baliho itu mahal. Bisa belasan juta sendiri kalau mau pakai baliho di tempat yang strategis," papar Dita.
Menurut Dita, kegiatan menempel poster di tempat umum itu sah-sah saja dilakukan asal tidak di tempat-tempat yang dilarang. "Masangnya juga gak sembarangan juga sih, asal jangan masang di tempat-tempat yang ada tulisan dilarang menurutku gakpapa," jelasnya.
Dita juga memaparkan bahwa ruang publik yang memiliki izin menempel poster seperti papan panjang di pinggir jalan memiliki ruang tempel yang terbatas. Belum lagi jika poster mereka nantinya tertutupi oleh poster pensi milik universitas lain.
"Jadi ya menurutku gakpapa (menempel poster di ruang publik) asal jangan sembarangan," jelasnya. Dita memaparkan bahwa biasanya sekitar 1000 poster ditempelkan oleh teman-teman panitia di tembok-tembok yang sekiranya tidak dilarang untuk ditempeli poster.