YOGYA, KRJOGJA.com - Penggunaan rokok elektrik atau vapor menjadi trend di kalangan anak muda. Munculnya berbagai cafe dan toko vapor menunjang eksistensi vapor itu sendiri. Bagi sebagian anak muda, memakai vapor mungkin menjadi gaya hidup dan parameter disebut anak gaul.
Fenomena ini memicu banyak kontroversi, beberapa mengatakan lebih aman memakai vapor ketimbang rokok biasa bahkan sebagai alternatif berhenti merokok, namun ada juga yang menyebutkan vapor lebih berbahaya.
Terlepas dari itu semua, beberapa orang ternyata mulai meninggalkan kebiasaan vaping. Alasannya pun bermacam-macam seperti harga liquid (cairan) yang terlalu mahal, resiko penyakit, kebosanan, agama, dan lain-lain.
Baca Juga : Liputan Khusus, Vapor Naik Pamor
Salah satunya adalah Yogi Saputra, mahasiswa UPN 'Veteran' Yogyakarta ini mengaku telah berhenti menggunakan vapor hampir satu bulan.
“Aku berhenti vaping karena cairannya mahal. Lalu yang kedua karena tenggorokanku terasa nggak enak. Untuk meludah sakit dan berlendir. Nafas juga jadi bau. Selain itu besar resiko kena penyakit paru-paru basah. Aku juga pernah lihat di instagram ada orang vaping terus vapornya meledak di mulut. Pas lihat itu aku jadi takut,†ujar pria yang mengaku mulai pakai vapor sejak bulan Oktober tahun lalu.
Lain halnya dengan Fadlah Geraldy yang mengaku berhenti karena bosan. “Aku pakai vapor sejak 2013. Awalnya iseng—iseng lalu keenakan. Selain bosan, akhir-akhir ini juga sering kena gangguan radang,†ujar Gerald yang juga membuka toko vapor di daerah Sleman.
Dari berbagai alasan tersebut, menurut Yogi rata-rata alasan terbesar berhenti memakai vapor adalah alasan kesehatan. “Awalnya temen-temen kasih tau bahaya vapor untuk kesehatan. Orangtua juga ngelarang. Akhirnya aku berhenti dan mereka senang, terutama temen-temen dari daerah asalku, Toraja. Tapi ada juga yang nggak senang yaitu temen-temen yang biasa aku beli dagangannya (liquid)†tambah pria yang mengaku rela menjual kameranya untuk membeli vapor full set pertama kali.