Ketiga kiprah Indonesia di dunia perbukuan internasional terlihat semakin intens karena dorongan dari Kemendikbud dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Pasca menjadi Guest of Honor di Frankfurt Book Fair 2015, gerbong perbukuan Indonesia mulai ditarik mengitari dunia internasional.
Bekraf membantu Ikapi untuk dapat kembali menggelar Indonesia International Book Fair di area bergengsi yaitu Jakarta Convention Center. Bekraf pula yang membantu Indonesia saat menjadi Country of Focus di Asian Festival of Children’s Content yang diselenggarakan oleh National Book Development Council of Singapore di National Library Singapura tanggal 17-21 Mei 2017—tepat saat Hari Buku Nasional.
Tidak hanya itu, Indonesia melalui Komite Buku Nasional—sebuah lembaga di bawah Sekretariat Jenderal Kemendikbud—juga hadir di London Book Fair 2017, Bologna Book Fair 2017 (pameran buku anak terbesar di dunia), dan Beijing International Book Fair. Bahkan, KBN juga menyelenggarakan tahun kedua program Residensi Penulis yaitu sebuah program pemberian dana bagi para penulis untuk melakukan riset dan penulisan karya di luar negeri. Dana program ini diambil dari anggaran Bea Siswa Unggulan Kemendikbud.
Kabar terakhir, Bekraf telah memastikan Indonesia menjadi Market Focus pada penyelenggaraan London Book Fair 2019. Untuk itu, Indonesia dipastikan hadir pada perhelatan buku bergengsi ini tahun 2018-2020. Selain itu, Indonesia juga akan menjadi tamu kehormatan pada perhelatan Kuala Lumpur International Book Fair 2018.
Tidak dapat dikesampingkan pula pada tahun 2017 bahwa Bekraf telah memfasilitasi terbentuknya asosiasi profesi penulis bernama Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) yang diketuai oleh Nasir Tamara. Jadi, selain Penpro, Indonesia juga memiliki Satupena sebagai asosiasi profesi penulis yang resmi berdiri.
Keempat, geliat literasi tampaknya juga memengaruhi dunia perbukuan. Gerakan literasi yang diluncurkan melalui Kemendikbud semakin menemukan momentumnya. Presiden Jokowi pada tanggal 2 Mei 2017 mengundang para pegiat literasi ke Istana. Di sana para pegiat literasi dijamu, lalu Presiden Jokowi juga memberi janji bahwa akan mengirim 10.000 buku ke setiap titik TBM yang diasuh oleh pegiat literasi.
Menurut Mendikbud Muhadjir Effendy, ada 6.000 TBM di seluruh Indonesia. Dengan demikian, paling tidak diperlukan 60 juta buku. Selain itu, Presiden Jokowi juga meminta Menteri BUMN, dalam hal ini PT Pos Indonesia untuk menggratiskan biaya kirim buku satu hari dalam sebulan. Alhasil, dipilihlah setiap tanggal 17 sebagai “Hari Kirim Buku†melalui PT Pos Indonesia tanpa biaya kirim.