MENDALANG atau memainkan wayang kulit sudah menjadi hobi yang dilatar belakangi bakat alam pada sosok remaja berusia 21 tahun, Nitratama Ahya Budiawan. Mahasiswa MIPA Universitas Negeri Semarang ini menjadi salah satu Dalang Remaja yang aktif mendalang di pakeliran sosial media melalui beberapa kanal.
Ahya, tak mau dipanggil Ki Dalang karena menyadari dirinya masih muda dan belum punya banyak pengalaman. Meski mulai menyukai seni pewayangan di usia 3 tahun melalui tayangan televisi, justru mampu menanamkan kesukaannya terhadap dunia pedalangan. Baru ketika kelas 3 Sekolah Dasar, putra tunggal pasangan Rahmat Budi Darmawan-Niken Trapsilodjati ini mengikuti beberapa kelas pelatihan pedalangan di Kota Semarang.
Di usia 9 tahun, Ahya pertama kali tampil mendalang di acara ulang tahun SD Hj Isriati Baiturrahman 2 Semarang. Baru setelah itu rutin mendalang di even Selasa Wagenan Pepadi Kota Semarang di Joglo Kamardikan. Sejak ini lah Ahya menapaki karier dari Dalang Bocah hingga kini menjadi Dalang Remaja. Suatu dunia yang jarang digeluti remaja seusianya.
Seiring ketertarikannya terhadap seni pedalangan, Ahya pun mengidolakan sosok Ki Manteb Soedharsono, Ki Enthus Susmono, Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji. “Saya menyukai beberapa karakter permainan dalang-dalan sepuh dan senior, dari bagaimana mereka melakukan suluk hingga sabetan. Meski tidak secara langsung berguru kepada mereka, tapi dengan mengamati detil setiap penampilan mampu menginspirasi pada pribadi saya,†ujar Ahya
Sebagai dalang yang menapaki usia remaja, pada tahun 2017 lalu tepatnya saat HUT Kota Semarang Ke-470, Ahya pun berkesempatan mendalang dalam Festival Dalang yang digelar Dinas Pariwisata Kota Semarang. Ahya pun dinobatkan sebagai penampil terbaik kategori Dalang Remaja membawakan lakon Banjaran Anoman.
Kini di masa Pandemi, Ahya berkreasi mendalam di media social secara online membawakan lakon-lakon yang sarat akan pesan moral, diantaranya berkaitan dengan ancaman wabah Covid-19.
Lakon yang dibawakan dan sempat menjadi perhatian adalah ‘Sirnaning Corona’ yang mengangkat tokoh pewayangan Raden Indrajid yang diibartkan sebagai Virus Corona berperang dengan Raden Anoman yang diibaratkan sebagai tokoh pemimpin bangsa. Hanoman Sang pemimpin memiliki tugas berat untuk melumpuhkan virus Corona, maka dengan segala daya upaya dia hancurkan menggunakan gadha yang dipersepsikan dalang sebagai vaksin.
Lakon pewayangan yang dibawakan Ahya dalam pakeliran layer smartphone ini diharapkan bisa menjangkau generasi muda agar menyukai cerita pewayangan. Selain itu agar pesan-pesan sosial juga bisa diterima.
Yang akan datang, Ahya juga akan membuat lakon-lakon pewayangan yang mengangkat konten penyadaran masyarakat akan bahaya rokok illegal. Selain itu juga berisikan pesan moral tentang tertib berlalu lintas dan bahaya narkoba.
“Ini kami sedang mengonsep gagasan menjadi scenario cerita, tak lama akan segera saya mainkan dan tampilkan. Semoga nanti bisa diterima oleh masyarakat,†tutup Ahya. (Cha)