Dengan slogan ‘Harmoni Sawahku, Lestari Alamku’ maka tidak hanya festival layang-layang, adapun kegiatan lain yakni pameran kuliner bebas plastik. “Kita juga ada kepedulian terhadap lingkungan jadi kita menyediakan stand makanan yang bebas plastik dan menyerukan agar tidak memakai plastik dalam sekali pakai,†kata Aris.
Ada dua segmen lomba dalam festival layang-layang ini yakni layangan kreasi dan gesekan layangan atau aduan. Layangan kreasi yaitu peserta diwajibkan membawa sendiri perlengkapan dan keperluan layangan dengan desain dan kreasi masing-masing. Sedangkan untuk layangan aduan yakni peserta membeli layang-layang dan benang yang sudah disediakan oleh panitia.
Festival layang-layang ini dibuka untuk umum, diikuti sebanyak 50 lebih peserta dari berbagai daerah dengan bentuk dan ukuran layang-layang yang beraneka ragam. Kategori penilaian dalam perlombaan ini adalah terkait tentang keunikan, kreativitas, dan mampu terbang. Jika terdapat layang-layang yang benangnya putus maka dinyatakan gagal terbang atau gugur.
Terdapat 3 pemenang untuk segmen layangan kreasi pada festival ini. Kategori layangan tradisional dimenangkan oleh layangan Buto dari Minggir. Kategori selanjutnya yakni layangan 3 dimensi (3D) jatuh kepada layangan Gatotkaca dari Godean, dan kategori kreasi didapatkan oleh layangan Naga dari PPM Club Muntilan. Sedangkan untuk segmen layangan aduan dimenangkan oleh 2 peserta anak-anak.
“Persiapannya waktu akan membuat layangan ini lihat dari YouTube lalu selama 1 minggu setiap 2 jam di sore hari saya kerjakan,†ucap Andri sebagai pemenang kategori layangan 3D.
Ia juga menjelaskan, dalam pemilihan bentuk layangan karena menurutnya Gatotkaca itu unik dan terdapat seninya seperti dari motif-motif, badan-badannya serta ada budaya Jawanya.
“Festival ini bagus dan saya merasa sangat senang dan semoga selanjutnya tetap diadakan,†tambah Andri.