YOGYA, KRJOGJA.com - Penambang pasir di alur sungai yang berhulu di Merapi diminta waspada dengan aktivitas Merapi. Saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman telah mengaktifkan kembali pos pantau di 12 titik serta early warning system (EWS).Â
Hal ini dilakukan jika sewaktu-waktu ada ancaman dari gunung Merapi sudah siap. Jika EWS bunyi maka warga juga sudah tahu respon apa yang harus dilakukan yakniÂ
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistis BPBD Sleman Makwan menyatakan, pihaknya masih mengacu rekomendasi dari BPPTKG. Artinya, selama masih berada pada status 'Waspada' maka belum ada tindakan lebih lanjut yang harus disampaikan pada warga.
"Selama masih waspada berarti aman. Hanya saja, upaya antisipasi kami ialah dengan mengaktifkan kembali EWS. Jika EWS bunyi maka warga juga sudah tahu respon apa yang harus dilakukan yakni segera mengungsi," terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya yang patut mendapat perhatian ialah masyarakat atau penambang pasir di alur sungai. Sebab, para penambang terlebih kendaraan berat tidak bisa segera meninggalkan alur sungai lantaran akses terbatas.Â
"Kalau ada salah satu truk yang macet tentu bisa membuat truk lain tidak bisa lewat, ini yang harus diwaspadai para penambang ketika EWS bunyi," tandas Makwan.
Data kegempaan (seismik) Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta yang memantau aktivitas Gunung Merapi mencatat terjadi 40 kali guguran lava pijar sepanjang Rabu (6/2) dari pukul 00.00-18.00 WIB.
Berdasarkan akun twitter resmi BPPTKG, dilaporkan pada pukul 00.00-06.00 WIB terjadi 9 kali guguran lava pijar berdurasi 14-52 detik. Kemudian pukul 06.00-12.00 WIB terjadi 14 kali guguran berdurasi 17-61 detik. Lalu pada pukul 12.00-18.00 WIB, berdasarkan data seismik, jumlah guguran 17 kali dengan durasi 11-67 detik. Guguran lava yang teramati sejumlah 4 kali ke arah Tenggara hulu Kali Gendol dengan jarak luncur 200-350 m.