SLEMAN, KRJOGJA.com - Para ahli dibuat kaget dengan perbedaan kebiasaan bumi saat gempa besar Lombok beberapa waktu lalu. Tiga kali guncangan gempa berulang dengan magnitudo besar sehingga membuat banyak bangunan roboh.Â
Tim UGM dari Fakultas Teknik, Departemen Teknik Geologi Dr. Agung Setianto, S.T., M.Si., D.Eng mengungkap kurang akuratnya prediksi akan kebiasaan bumi tersebut dikarenakan pengetahuan peneliti tentang Sesar Flores masih sangat terbatas. Selama ini hanya ada satu penelitian dari LIPI yang belum bisa dijadikan acuan karena tidak ada pembanding.Â
"Masih sangat kurang penelitian di Sesar Flores, baru ada satu. Referensi para peneliti menjadi kurang sehingga prediksi pun lebih banyak peluang tidak akuratnya. Ini yang sebenarnya tidak boleh terjadi,†ungkapnya pada wartawan Selasa (14/8/2018).Â
BACA JUGA :
Peneliti UGM: Potensi Gempa Besar Ada, Bangunan di Lombok Harus Dibuat Khusus
Gempa Jawa, BMKG Imbau Masyarakat Tak Panik
Sesar Flores sebenarnya sangat menarik untuk diteliti lebih jauh lagi. Namun, masalah biaya sering kali jadi ganjalan para peneliti untuk mengeksplorasi sesar yang terbentuk karena tumbukan lempeng tektonik Eurasia dan Australia ini.Â