“Sesar Flores beda dengan sesar lainnya, misalnya Sesar Opak itu di darat sehingga untuk meneliti relatif mudah dan murah. Namun kalau Sesar Flores itu di laut dalam sehingga butuh biaya banyak untuk meneliti, itu sebenarnya kendala terbesarnya,†sambung Agung.Â
Meski demikian, kata Dr Agung karena masih adanya potensi tumbukan yang mengakibatkan kegempaan kedepan di wilayah utara kepulauan Nusa Tenggara Barat (letak sesar Flores) ditambah terus bergeraknya lempeng tektonik sekitar 28 milimeter per tahun diharapkan membuat semua pihak menaruh perhatian untuk mengetahui lebih dalam tentang sesar tersebut.Â
"Gempa Lombok bisa jadi pintu masuk penelitian lebih dalam tentang Sesar Flores. Mari semua ke sana, melakukan penelitian agar kita bisa memetakan pola dengan lebih baik lagi kedepan,†pungkasnya.Â
Para peneliti UGM sendiri tetap mengingatkan bahwa seluruh sisi selatan Indonesia berpotensi terjadi gempa. Mitigasi serta edukasi untuk membentuk masyarakat tangguh wajib dilakukan seluruh pihak. (Fxh)