Rangkaian kegiatan Resona Saintek kemudian mencapai puncaknya melalui webinar nasional “Sinergi Ilmu dan Kelembagaan untuk Pertanian Berkelanjutan” yang menghadirkan para peneliti UGM untuk memetakan arah transformasi pertanian berkelanjutan. Webinar ini menegaskan urgensi sinergi antara riset teknologi dan riset sosial kelembagaan. Pemikiran para peneliti, termasuk Dr. Hempri Suyatna, memperlihatkan bahwa penguatan kelembagaan petani merupakan pondasi penting untuk memastikan inovasi pertanian dapat diterapkan secara berkelanjutan.
Sepanjang kegiatan, satu benang merah mengemuka, yakni riset yang kuat harus mampu hadir dalam kehidupan masyarakat. Ketika petani belajar menggunakan Gamahumat, ketika warga merasakan kualitas beras Presokazi, ketika mahasiswa memahami perjalanan riset Gamagora, dan ketika perangkat desa melihat potensi ekonomi baru dari produk riset, maka kampanye ini berhasil membangun hubungan antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata masyarakat.
Program Resona Saintek memperlihatkan bagaimana kolaborasi lintas disiplin dapat melahirkan ekosistem inovasi pangan yang kuat. Benih unggul, tanah sehat, pangan bergizi, diversifikasi komoditas, hingga penguatan kelembagaan petani bergerak dalam satu kesatuan yang saling memperkuat. UGM melalui kampanye ini menegaskan komitmennya untuk terus membumikan riset sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat dan kontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional.
Baca Juga: Kanwil Bea Cukai Jakarta Musnahkan 13,4 Juta Batang Rokok
Melalui program yang telah dilaksanakan dengan melibatkan peneliti, pemerintah daerah, mitra, dan masyarakat, UGM percaya bahwa riset yang kuat akan menghasilkan pangan yang hebat, dan dari situlah masa depan kemandirian pangan Indonesia dibangun.