sleman

Rempah Mampu Mempersatukan Hubungan Budaya ASEAN

Selasa, 28 Mei 2024 | 11:45 WIB
Para pembicara saat "ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians" yang digelar di Auditorium Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa, 28 Mei 2024. (Kemendikbud)


KRjogja.com Sleman - Tanaman rempah yang tubuh subur di Asia khususnya di Indonesia, telah banyak mengubah cara hidup manusia sehingga harus terus dikembangkan untuk dimanfaatkan lebih luas. Bahkan, harus ada inovasi bersama dengan para praktisi dan akademisi ASEAN ini menjadi langkah untuk memperkuat narasi jalur rempah di komunitas ASEAN.

Dengan demikian, bakal menghubungkan kembali warisan budaya bersama. Demikian kesimpulan dalam "ASEAN Spice: The Connecting Culture of Southeast Asians" yang digelar di Auditorium Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa, 28 Mei 2024.

Baca Juga: GNTI Sayap Partai PDIP Penggerak Program Kerakyatan

Kegiatan yang digelar Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, bekerja sama dengan Sekretariat ASEAN tersebut, digelar selama satu Minggu 26-31 Mei 2024.

Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, kegiatan ini diikuti para akademisi dan praktisi di bidang rempah dari 11 Negara ASEAN bertukar pengetahuan dan pengalaman tentang budaya rempah di masing-masing negara.

Baca Juga: Perpusnas Adakan Gerakan Indonesia Membaca Sepekan 1 Buku

Sejalan dengan rencana nominasi Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia yang diinisiasi oleh Indonesia, kegiatan ini menjadi momentum untuk semakin menguatkan warisan Bersama Rempah di Asia Tenggara. “Sejak lebih dari 2,000 tahun lalu, Asia Tenggara telah menjadi pusat perdagangan rempah dunia, menghubungkan Timur dan Barat. Rempah tidak hanya sebagai Komoditas, namun juga membawa nilai, tradisi, dan pertukaran budaya,'' ujar Hilmar Farid.

Mendiskusikan budaya rempah dengan negara-negara anggota ASEAN, menurut Hilmar Farid, adalah utama dalam langkah nominasi bersama Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia. "Kegiatan ini adalah langkah penting dalam mempererat hubungan budaya di antara negara-negara ASEAN melalui warisan budaya rempah-rempah,'' tambah Hilmar Farid.

Baca Juga: Jadwal Timnas Indonesia vs Tanzania di International Friendly Match 2024

Selama satu minggu, Kata Hilmar para Akademisi dan Praktisi dari negara-negara ASEAN ini mengunjungi rumah rempah di Desa Karang Rejo, Kawasan Borobudur, melakukan diskusi dengan akademisi di Kampus Universitas Gadjah Mada tentang rute jalur rempah dan pengaruhnya terhadap peradaban Asia Tenggara, serta memperdalam diskusi dan rencana kolaborasi untuk menciptakan inovasi, kreatifitas, bahkan produk bersama terkait budaya rempah dan Gastronomi antar negara ASEAN.

Program ini dirancang untuk sejalan dengan dua dokumen penting ASEAN: Deklarasi Siem Reap tentang Mempromosikan Komunitas ASEAN yang Kreatif dan Adaptif untuk Mendukung Ekonomi Budaya dan Kreatif, yang diadopsi oleh KTT ASEAN ke-40 dan ke-41 pada November 2022 di Kamboja; serta Narasi Identitas ASEAN, yang diadopsi oleh KTT ASEAN ke-37 pada November 2020 di Vietnam.

Baca Juga: Biaya Kuliah Mahal?

Sebab, lanjut Hilmar, rempah banyak mengubah cara hidup, dan harus terus dikembangkan untuk dimanfaatkan lebih luas. Inovasi Bersama dengan para praktisi dan akademisi ASEAN ini, menjadi langkah untuk memperkuat narasi jalur rempah di komunitas ASEAN.

Dengan pertemuan yang strategis ini, Hilmar berharap, agar bisa menghubungkan kembali warisan budaya bersama. Pertemuan ini menghadirkan pakar Dr Sri Marghana M HUM, Dr Dafri Agussalim MA dari UGM dengan moderator Yulida Nurani Santosa Msc.

 

Halaman:

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB