sleman

Pameran Renjana Bhuwana, Mengenang Yasan Dalem HB VII

Senin, 27 Oktober 2025 | 19:30 WIB
Potret HB VII di pameran Renjana Bhuwana. (M. Khoirul Imamil M)

KRJogja.com - SLEMAN - Gerimis sore meriwis membasahi plataran Plaza Ambarrukmo pada Minggu (26/10). Kompleks Pendopo Agung Ambarrukmo ramai oleh pengunjung.

Alunan musik gending Jawa melebur bersama riuh ramai para pengunjung yang beraneka usia: anak-anak, mahasiswa, orang tua, hingga para veteran.

Baca Juga: Pemerintah Usulkan Biaya Haji 2026 Sebesar Rp54,92 Juta per Jemaah

Di pendopo terbuka itulah, Program Studi Tata Kelola Seni Institut Seni Indonesia (TKS ISI) bersama Royal Ambarrukmo dan Suryo Decor menghelat pameran arsip seni bertajuk Renjana Bhuwana.

Beberapa backdrop berlatar warna putih cerah berpadu dengan dekorasi pencahayaan dan rumbaian tanaman hijau menjadi media tempel arsip-arsip yang dipamerkan.

Renjana Bhuwana mengangkat ratusan arsip tekstual, visual, audio visual, serta instalasi alam dalam harmoni balutan tanaman, janur dan bunga.

Baca Juga: Peletakan Batu Pertama PPM Baitussalam 4, Dikhususkan untuk Program KMI

Konsep ini bertujuan untuk mengungkap visualisasi kosmologi Jawa yang menyelaraskan kehidupan manusia dengan alam.

Pameran arsip Renjana Bhuwana dapat dibaca sebagai upaya menolak lupa terhadap kiprah Sri Sultan Hamengku Buwono VII (HB VII) dalam mengembangkan komplek Ambarrukmo.

Pada mulanya, area yang kini moncer dengan hotel bintang limanya itu merupakan bangunan milik kraton dengan nama Pesanggrahan Harja Purna (Jenu).

Selain merenovasi kawasan ini, HB VII juga merupakan sosok kunci di balik renovasi berbagai bangunan ikon kraton, seperti Tugu Pal Putih (De Witt Paal), Makam Kotagede, serta Masjid Alun-alun pada tahun 1889.

Pada arsip Renjana Bhuwanana, ditampilkan bagaiman historisitas transformasi Pesanggrahan Ambarrukmo dari era pra HB VII hingga masa HB IX.

Merujuk pada arsip yang dipamerkan, pengunjung dapat mengetahui bahwa Pesanggrahan Ambarrukmo memiliki konsep perpaduan antara arsitektur Jawa dan tata ruang khas Eropa.

Hal tersebut terlihat dari desain ruangan dalam yang berbentuk simetris, berbeda dengan kebanyakan ruang khas Jawa seperti "senthong" yang cenderung asimetris.

Halaman:

Tags

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB