KETAHANAN Pangan kini menjadi isu multidisiplin yang melampaui sekedar urusan produksi pertanian. Di tengah perubahan iklim, degradasi lahan, dan tantangan sosial ekonomi yang semakin kompleks, riset berperan sebagai pondasi penting bagi masa depan pangan Indonesia.
Universitas Gadjah Mada mempertegas posisinya dalam upaya ini melalui program Resona Saintek: Riset Kuat, Pangan Hebat, sebuah kampanye riset yang menghubungkan inovasi ilmiah dengan kebutuhan nyata masyarakat. Program ini didukung hibah Program Semesta dari Kemendiktisaintek Republik Indonesia, membuka ruang bagi peneliti lintas fakultas untuk membawa hasil riset dari laboratorium ke sawah, dapur, dan ruang diskusi publik.
Perjalanan panjang riset pangan UGM telah berlangsung jauh sebelum program Resona Saintek berjalan. Di hulu, upaya pemuliaan tanaman dilakukan melalui kerja ilmiah bertahun-tahun oleh tim pemulia UGM. Salah satu tokoh sentralnya adalah Ir. Supriyanta, M.P., breeder dari Fakultas Pertanian UGM yang telah lama menekuni penelitian varietas unggul. Melalui proses pemilihan galur, pengujian adaptasi, hingga uji multilokasi, tim ini menghasilkan Gamagora 7, varietas padi produktif dan adaptif yang dirancang untuk menjawab tantangan perubahan iklim. Riset ini menjadi pondasi penting yang kemudian diangkat kembali melalui program Resona Saintek agar manfaatnya dapat menjangkau lebih banyak masyarakat.
Perjalanan riset pangan UGM tidak berhenti pada pengembangan varietas unggul. Dari proses panjang pemuliaan Gamagora yang telah dilakukan jauh sebelum dimulainya kampanye ini, lahirlah beras premium Presokazi, hasil hilirisasi yang dirancang melalui standar mutu ketat oleh tim Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Produk ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga Indonesia dan mendukung upaya penanggulangan stunting. Peluncuran Presokazi menegaskan bahwa hasil riset hulu UGM memiliki potensi besar ketika diolah dan diperkenalkan kembali kepada publik melalui program diseminasi seperti Resona Saintek.
Inovasi lain yang telah dikembangkan UGM sebelum penyelenggaraan program Resona Saintek adalah Gamahumat, pembenah tanah berbasis bahan humat yang digarap oleh tim peneliti lintas disiplin, antara lain Prof. Ferian Anggara, Prof. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, dan Dr. Agr. Cahyo Wulandari. Melalui proses penelitian yang panjang, tim ini mengolah batubara kalori rendah menjadi bahan ekologis bernilai tinggi.
Gamahumat berfungsi meningkatkan struktur dan kesuburan tanah serta membantu efisiensi pemupukan, terutama pada lahan marginal dan bekas tambang. Melalui program Resona Saintek, inovasi ini kembali dipopulerkan agar petani dan masyarakat lebih memahami manfaatnya dalam praktik pertanian berkelanjutan.
Baca Juga: Sosialisasi Pemberdayaan Organisasi di SMK Muhammadiyah 2
Diversifikasi pangan turut diperkuat melalui kajian para antropolog UGM mengenai tanaman porang sebagai komoditas pangan alternatif. Melalui pendekatan sosial-budaya, peneliti melihat potensi porang tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi sebagai komoditas yang melibatkan masyarakat dalam rantai nilai yang inklusif. Kajian ini memperluas cakupan kampanye Resona Saintek dan menempatkan isu pangan dalam konteks sosial-ekologi yang lebih luas.
Seluruh inovasi tersebut dijalankan melalui rangkaian kegiatan diseminasi yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Di Kalurahan Caturtunggal, Sleman, kegiatan Rerasan Pangan mempertemukan peneliti UGM dengan staf kalurahan, kelompok wanita tani, dan warga setempat. Dr. Andrianto Ansari, menjelaskan karakter Presokazi, sementara Dr. Rizky Pasthika Kirana memaparkan proses pengolahan dan pengemasan beras premium ini.
Diskusi berlangsung interaktif dengan warga yang antusias menanyakan proses budidaya, penggilingan, hingga peluang pemasaran Presokazi.
Kegiatan serupa berlangsung di Desa Sekaran, Klaten, melalui Rembug Sesarengan yang dihadiri perangkat desa, petani, serta tim peneliti UGM. Dalam kesempatan ini, Prof. Taryono, Prof. Himawan, dan Dr. Cahyo Wulandari memberikan penjelasan mengenai Gamagora, Presokazi, dan Gamahumat. Para petani aktif berdiskusi seputar tantangan budidaya, efisiensi pemupukan, dan potensi pemulihan lahan. Respons positif ini menunjukkan bahwa riset yang dibawa langsung ke komunitas mampu menggerakkan partisipasi petani dan memperkuat pemahaman mereka terhadap teknologi baru.
Di lingkungan kampus, antusiasme mahasiswa disambut melalui talkshow “Indonesia Tanpa Kelaparan” yang diselenggarakan di Gedung Inovasi dan Kreativitas UGM. Kegiatan yang menampilkan Prof. Taryono sebagai narasumber utama ini menyoroti pentingnya hilirisasi riset pangan dan mengajak mahasiswa memahami posisi strategis generasi muda dalam membangun ketahanan pangan nasional. Diskusi berlangsung interaktif, memperlihatkan bahwa mahasiswa tak hanya menjadi penonton, tetapi juga calon aktor utama dalam perjalanan riset di masa depan.