Krjogja.com - SOLO - Pura Mangkunegaran memiliki banyak koleksi foto yang perlu diselamatkan, karena sebagian sudah mulai rapuh. Jika kondisi itu terus dibiarkan dikawatirkan identitas foto lama kelamaan akan pudar dimakan waktu.
Melihat hal tersebut grup riset Sejarah Kebudayaan Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo melakukan program Digitalisasi Katalog Foto Bangunan Koleksi Pura Mangkunegaran. "Ini kelanjutan dari kegiatan serupa di tahun tahun sebelumnya terutama dalam membantu pengelolaan Rekso Pustoko," jelas Drs Tunjung W Sutirto MSi, Sejarawan UNS, Selasa (13/6).
Menurutnya, selama ini belum pernah ada digitalisasi foto. Yang sudah dilakukan baru digitalisasi naskah, manuskrip. Itulah yang mendorong grup riset Sejarah Kebudayaan dalam melakukan pengabdian masyarakat di perpustakaan Rekso Pustoko, fokus menangani foto.
Untuk pertama dimulai katalog foto yang difokuskan pada foto bangunan. Ini jumlahnya sudah banyak. Untuk satu item foto ada yang 10 sampai 40 lembar. Tunjung mencontohkan untu gapura ada 30 lembar foto. Dari proses digitalisasi yang paling sulit adalah memberi keterangan foto atau caption.
"Kami harus menghubungi banyak pihak agar captionnya sesuai dengan yang ada difoto," tutur Tunjung yang didampingi Dr Susanto, Ketua Program Studi Ilmu Sejarah. Misalnya bunga warna pink yang ada di makam, apakah itu merupakan bunga wajib tabur.
Sementara Susanto mengatakan mengingat tingkat kesulitan dalam digitalisasi foto, jika tahun ini belum rampung akan dilanjutkan tahun depan. Kepada semua pihak dihatapkan mendukung upaya digitalisasi katalog foto agar berguna bagi masyarakat terutama untuk pendidikan.
"Jika digitalisasi tahun ini belum selesai, akan kami lanjutkan tahun depan," kata Susanto. Wakil Pengageng Reksopustoko, Darweni menambahkan jumlah foto sekitar 20 ribu lembar. Itu foto sejak KGPAA Mangkunegoro VII.-(Qom)
Menurutnya, selama ini belum pernah ada digitalisasi foto. Yang sudah dilakukan baru digitalisasi naskah, manuskrip. Itulah yang mendorong grup riset Sejarah Kebudayaan dalam melakukan pengabdian masyarakat di perpustakaan Rekso Pustoko, fokus menangani foto.
Untuk pertama dimulai katalog foto yang difokuskan pada foto bangunan. Ini jumlahnya sudah banyak. Untuk satu item foto ada yang 10 sampai 40 lembar. Tunjung mencontohkan untu gapura ada 30 lembar foto. Dari proses digitalisasi yang paling sulit adalah memberi keterangan foto atau caption.
"Kami harus menghubungi banyak pihak agar captionnya sesuai dengan yang ada difoto," tutur Tunjung yang didampingi Dr Susanto, Ketua Program Studi Ilmu Sejarah. Misalnya bunga warna pink yang ada di makam, apakah itu merupakan bunga wajib tabur.
Sementara Susanto mengatakan mengingat tingkat kesulitan dalam digitalisasi foto, jika tahun ini belum rampung akan dilanjutkan tahun depan. Kepada semua pihak dihatapkan mendukung upaya digitalisasi katalog foto agar berguna bagi masyarakat terutama untuk pendidikan.
"Jika digitalisasi tahun ini belum selesai, akan kami lanjutkan tahun depan," kata Susanto. Wakil Pengageng Reksopustoko, Darweni menambahkan jumlah foto sekitar 20 ribu lembar. Itu foto sejak KGPAA Mangkunegoro VII.-(Qom)