Tak Mau Tambah Rugi, PKL Alun-alun Karanganyar Andalkan Info BMKG

Photo Author
- Senin, 15 Desember 2025 | 22:10 WIB
Persiapan buka PKL alun alun kota (foto:Abdul Alim)
Persiapan buka PKL alun alun kota (foto:Abdul Alim)

Krjogja.com - KARANGANYAR – Ratusan pedagang kaki lima (PKL) yang menggantungkan hidupnya di pusat keramaian Alun-alun Kabupaten Karanganyar kini berada di bawah tekanan berat akibat kondisi cuaca ekstrem yang tidak menentu.

Angin kencang dan hujan deras yang kerap melanda wilayah ini tidak hanya merusak lapak jualan, tetapi juga memangkas pendapatan mereka secara drastis.

Baca Juga: Jelang Libur Nataru Dishub Bantul Galakkan Pemeriksaan Angkutan Umum

Ketua Paguyuban PKL Alun-alun Karanganyar, Heru Budiman, mengungkapkan nestapa para pedagang. Dampak cuaca buruk selama dua bulan terakhir telah menyebabkan penurunan omzet yang sangat signifikan.

"Penurunan omset sampai 70% karena sepinya jualan. Cuaca tak menentu. Di Senin-Jumat, kalau sudah hujan enggak berhenti. Sepi sekali enggak banyak orang lewat. Apalagi kalau angin kencang menerpa sampai tenda kocar-kacir, mana bisa kita jualan," katanya, Senin (15/12).

Ia menceritakan situasi di alun-alun saat badai menerjang pada Minggu siang (15/12) yang rekamannya sempat viral di media sosial. Angin kencang menerbangkan tenda-tenda PKL. Untungnya mereka masih bisa berjualan lagi karena situasi tersebut tak berlangsung lama.

Baca Juga: UPN Veteran Yogyakarta Tegaskan Peran Strategis Sektor Minerba Menuju Indonesia Emas 2045

Aktivitas perdagangan para PKL saat ini benar-benar didominasi oleh hari libur. Praktis, mereka hanya bisa mengandalkan pemasukan dari Sabtu dan Minggu, sementara hari kerja, yaitu Senin hingga Jumat, relatif sepi dari pengunjung.

Selain itu, mereka mengandalkan untung dari event khusus yang diselenggarakan di alun-alun. Jika ramai, omzet bisa tiga kali lipat.

Tantangan bagi PKL tidak hanya sebatas cuaca dan sepinya pembeli, tetapi juga mencakup tingginya biaya operasional harian. Setiap kali berdagang, mereka harus menanggung biaya pasang dan bongkar tenda yang berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 40.000 untuk satu kali proses. Biaya ini menambah beban di tengah minimnya pendapatan.

Menariknya, meskipun sering menjadi korban cuaca ekstrem, para pedagang tetap mempertahankan desain tenda mereka yang ada saat ini. Mereka memilih untuk tidak mengganti desain tenda menjadi konstruksi yang lebih kokoh atau permanen.

Alasannya, desain yang sekarang dinilai lebih fleksibel dan mudah dipindahkan. Namun, fleksibilitas ini harus dibayar mahal dengan risiko yang lebih tinggi, di mana tenda mereka lebih rentan hancur atau rusak parah saat diterpa angin kencang.

"Sebelum buka lapak, harus memantau info BMKG dulu. Antarpedagang saling mengingatkan. Jangan pasang dulu kalau perkiraan cuaca bakal hujan deras," katanya. (Lim)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X