Karanganyar Dapat Jatah Urea 16.531 Ton, HET Pupuk Subsidi Lebih Mahal

Photo Author
- Selasa, 12 Januari 2021 | 14:10 WIB
Petani menebus pupuk (Abdul Alim)
Petani menebus pupuk (Abdul Alim)

KARANGANYAR, KR JOGJA.com - Jatah pupuk urea subsidi Karanganyar tahun 2021 16.531 ton. Jumlah ini lebih banyak dibanding tahun 2020 sebanyak 14.600 ton. Namun, harga eceran tertinggi (HET) tahun ini lebih mahal.

Kabid Prasarana Sarana dan Penyuluhan Dispertan PP Karanganyar, Nur Rochmah Triastuti mengatakan dalam SK Kadispertan Jawa Tengah No 521.34/002/1/2021 tentang Alokasi dan HET Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian tahun 2021, pupuk urea subsidi Rp 2.250 per kilogram atau naik Rp 450 dari tahun sebelumnya Rp 1.800 per kilogram.

“Subsidi pemerintah sedikit dikurangi untuk pupuk. Meski begitu kenaikan HET relatif tidak banyak sekitar Rp300-Rp400. Saya rasa tidak terlalu memberatkan petani karena dijamin stok tersedia,” kata Nur.

Kenaikan HET urea diikuti SP-36 dari semula Rp 2.000 menjadi Rp 2.400, ZA Rp 1.400 menjadi Rp 1.700, pupuk organik Rp 500 menjadi Rp800. Sedangkan NPK masih sama yakni Rp 2.300 perkilogram.

Saat ini, petani tetap bisa membeli pupuk subsidi jatah tahun 2021 di kios penyalur pupuk lengkap (KPL) dengan menyertakan formulir pembelian. Sebab sebelum SK Kepala Dispertan PP Karanganyar terbit, kartu tani yang dipegang petani belum bisa dipakai mengakses barang bersubsidi tersebut. Formulir tersebut berisi nama terang pengguna barang, salinan eKTP dan jenis pupuk yang ditebus seperti urea, SP-36, ZA, NPK, NPK formula khusus, organik granul dan organik cair.

“Penebusannya tidak bisa asal-asalan. Maksimal sepertiga dari jatahnya setahun. Ini supaya jatah pupuknya tidak dihabiskan dalam sekali tebus. Sebab, dalam satu tahun ada tiga sampai empat musim tanam,” katanya.

Adapun kenaikan kuota pupuk dipicu bertambahnya petani yang didata masuk Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (eRDKK).

“16.531 ton ini setara 90 persen lebih pengajuan kita ke provinsi. Pada tahun lalu (14.600 ton) itu setara 60 persen dari pengajuan. Dengan demikian diharapkan tidak ada keluhan lagi soal pupuk pada tahun ini,” katanya.

Sementara itu para petani berharap kenaikan kuota pupuk subsidi tahun ini menjawab persoalan klasik kelangkaan barang.

Agus Suseno, petani dari Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat mengatakan pada masa tanam (MT) III tahun lalu, ia hanya menggunakan 20 persen pupuk subsidi dan 80 persen. Padahal pada masa tanam sebelumnya, bisa menggunakan pupuk bersubsidi sesuai jatahnya.

“Pengecer alasannya tidak ada kiriman. Yang jelas dari kemarin-kemarin untuk pupuk kimia subsidi dikurangi,” kata Agus.

Diakui Agus, biasanya setiap masa tanam padi, ia menggunakan alokasi pupuk bersubsidi sebanyak 60-70 persen. Sementara yang 30 persen lagi pupuk non subsidi.

“Saat ini juga terjadi kenaikan harga pupuk bersubsidi. Urea naik harganya Rp 400 rupiah per kilogram,” kata Agus. (Lim)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X