KARANGANYAR (KRjogja.com) - Â Petani diimbau menerapkan konsumsi pupuk berimbang supaya menghasilkan pangan berkualitas dan menghindari kelangkaan barang bersubsidi itu.Â
"Petani perlu banyak memahani dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman. Yang terjadi, mereka menakar sendiri pupuk sesuai keinginan. Ini yang menyebabkan pupuk jenis tertentu banyak terserap sedangkan jenis lain tersisa banyak," kata Kasi Perlindungan Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Muhammad Surachman, Jumat (3/2).
Dia mengakui petani cenderung menyukai tanaman padinya terlihat subur dengan memperbanyak unsur hara tertentu. Pada dasarnya, aplikasi unsur hara N pupuk dasar 20 persen, pupuk susulan pertama 40 persen dan pupuk susulan kedua 40 persen. Sedangkan unsur hara mengandung P dan K pada pupuk dasar sebesar 50 persen dan pupuk susulan pertama sisanya 50 persen. Apabila pemberian pupuk organik ditambah bisa mengurangi kebutuhan pupuk anorganik.Â
“Di awal masa tanam tidak banyak membutuhkan unsur N, tapi justru diperbanyak karena petani ingin daun padi menghijau pekat. Sepertinya kebanggaan tersendiri. Padahal di awal masa tanam, yang banyak dibutuhkan tanaman pada perkembangan akar. Pupuknya unsur P dan K,†imbuhnyaÂ
Penting diketahui, tersedia pupuk subsidi urea, SP36, ZA, NPK dan organik bersubsidi. Alokasinya disesuaikan kebutuhan di lahan pertanian perhektare. Jika pemakaian pupuk tak berimbang, dikhawatirkan pupuk subsidi selalu bersisa pada jenis tertentu dan terserap banyak hingga kehabisan stok untuk jenis pupuk lain. (R-10)