Bencana Mengancam, IABI Desak Pemerintah Bentuk Konsorsium

Photo Author
- Kamis, 23 Juni 2016 | 16:11 WIB

SOLO (KRjogja.com) - Kalangan pakar kebencanaan yang tergabung dalam Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) mendesak pemerintah pusat membentuk konsorsium nasional untuk mengantisipasi bencana, menyusul ancaman banjir dan tanah longsor diperkirakan akan terus terjadi hingga awal tahun 2017. Konsorsium nasional ini, bertugas mendesain sistem peringatan dini bencana hidrometereologi dengan paradigma baru riskbase warning.

"Sistem peringatan dini tersebut mesti akurat dan terupdate secara near realtime sampai ke skala wilayah terkecil di Indonesia. Dengan begitu, pemerintah daerah atau masyarakat dapat menjadikannya sebagai acuan mengambil langkah-langkah antisipasi di lapangan," ungkap Tri Handoko Seto, Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Cuaca Ekstrim IABI, kepada wartawan, di Loji Gandrung, Kamis (23/06/2016), sehingga resiko bencana terkurangi secara signifikan.

Peristiwa bencana banjir dan tanah longsor di Jawa Tengah (Jateng) 19 Juni lalu yang hanya dipicu hujan deras hampir semalam, dan terjadi pada musim kemarau, memberi pelajaran sangat berharga. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BKMG) telah menjalankan tugas dengan baik, jelas Handoko yang juga Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dengan merilis peringatan akan terjadi huja berintensitas tinggi pada 17 hingga 20 Juni. Namun, peringatan tersebut sulit diimplementasikan di lapangan, karena masih bersifat umum.

Ke depan, peringatan dini global semacam itu, mesti ditindaklanjuti secara detail dan terupdate terus menerus dari hari ke hari, jam ke jam, bahkan jika perlu dari menit ke menit, selain pula menyebut wilayah tertentu secara spesifik lengkap dengan skala ancaman yang mungkin terjadi. Karakter bencana banjir dan tanah longsor, jelasnya, sangat bergantung pada kemampaun wilayah dalam menerima curah hujan, sehingga peringatan dini secara detail bukan saja menjadi wilayah tugas BMKG, tetapi juga seluruh elemen bangsa lainnya.

Di sisi lain, Handoko juga menyayangkan peredaran khabar hoax saat terjadi bencana 19 Juni lalu, hingga mengakibatkan kepanikan di kalangan masyarakat. Bagaimana Bengawan Solo dikhabarkan dalam kondisi kritis dan siaga merah, padahal kondisi riil di lapangan menunjukkan permukaan sungai terpanjang di Jawa ini sudah menyurut drastis dan tidak ada lagi genangan. (Hut)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X