Guru SMAN 2 Karanganyar Ciptakan Aplikasi 'Safe Eat MBG' Inovasi untuk Deteksi Kelayakan MBG

Photo Author
- Sabtu, 18 Oktober 2025 | 12:20 WIB
Taupik Mulyadi menunjukka  aplikasi safe eat MBG (foto;Abdul Alim
Taupik Mulyadi menunjukka aplikasi safe eat MBG (foto;Abdul Alim
 
KARANGANYAR, KRjogja.com – Kekhawatiran terhadap keamanan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendorong seorang guru di SMAN 2 Karanganyar, Taupik Mulyadi, berinovasi menciptakan aplikasi pendeteksi keamanan pangan bernama 'Safe Eat MBG'.
 
Aplikasi ini dirancang untuk membantu petugas MBG memastikan kualitas makanan sebelum dikonsumsi para siswa. Kasus keracunan makanan di sejumlah daerah, termasuk di Karanganyar, menjadi latar belakang lahirnya inovasi ini.
 
Taupik mengaku ide tersebut muncul setelah mendapat banyak pesan pribadi dari orang tua siswa yang cemas dengan keamanan menu MBG. 
 
“Orang tua japri saya lewat WhatsApp, bilang khawatir anaknya ikut program MBG. Dari situ saya berpikir bagaimana membantu memastikan makanan yang dikonsumsi anak-anak aman dan layak,” ujar Taupik saat ditemui di sekolahnya, Jumat (17/10/2025). 
 
Aplikasi 'Safe Eat MBG' memanfaatkan metode pengujian visual organoleptik, yakni menilai kualitas makanan berdasarkan pengamatan terhadap bau, warna, dan tekstur. Untuk meningkatkan ketepatan, sistem ini didukung teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menganalisis foto makanan secara otomatis. 
 
“Saya memadukan prinsip organoleptik dengan AI sederhana. Jadi ketika petugas mengunggah foto makanan, sistem langsung menilai berdasarkan indikator mutu yang sudah ditentukan,” jelasnya. 
Dalam pelaksanaan di SMAN 2 Karanganyar, setiap hari diambil satu sampel menu dari masing-masing jenjang kelas X, XI, dan XII. Dari total 1.072 paket menu MBG yang disiapkan setiap hari, tiga sampel tersebut diuji menggunakan aplikasi sebelum makanan dibagikan ke seluruh siswa.
 
Petugas MBG atau food taster mengambil foto setiap komponen makanan nasi, lauk, sayur, buah, dan susu secara terpisah, lalu mengunggahnya ke aplikasi 'Safe Eat MBG'. Hasil analisis diperoleh dari gabungan 60 persen penilaian manual dan 40 persen hasil analisis sistem AI. Aplikasi ini menghasilkan tiga kategori hasil pengujian, yaitu layak konsumsi, waspada, dan tidak layak konsumsi.
 
Jika muncul hasil “waspada”, sistem akan menampilkan bagian menu yang berpotensi bermasalah, sehingga petugas dapat segera melakukan pengecekan lanjutan.
 
“Petugas MBG kadang ragu menentukan makanan masih aman atau tidak. Dengan aplikasi ini, keputusan bisa diambil lebih cepat dan obyektif,” imbuh Taupik. 
 
Proses analisis hanya memerlukan waktu sekitar lima menit. Berdasarkan uji coba awal, aplikasi menunjukkan akurasi 88 persen saat menggunakan satu foto ompreng makanan, dan hasilnya meningkat setelah dilakukan pengujian per item makanan.
 
Saat ini, 'Safe Eat MBG' sedang dalam tahap pengembangan lanjutan agar bisa diterapkan di sekolah-sekolah penyelenggara program MBG lain di Karanganyar maupun daerah lain di Indonesia. 
 
“Harapan saya, aplikasi ini bisa menjadi alat bantu bagi sekolah untuk menjaga kualitas pangan bagi peserta didik. Kalau bisa digunakan secara nasional, itu akan lebih baik,” tutupnya optimistis. (Lim) 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X