Kasus Kematian DBD dan Leptospirosis Meningkat, Dinkes Karanganyar Minta Warga Waspada

Photo Author
- Kamis, 20 November 2025 | 13:40 WIB
ILustrasi (Pixabay)
ILustrasi (Pixabay)

Krjogja.com - KARANGANYAR — Empat warga Kabupaten Karanganyar dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit tular vektor hingga Minggu ke-43 tahun 2025. Dua di antaranya akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dua lainnya akibat Leptospirosis.

Plt Sekretaris Dinas Kesehatan Karanganyar Dwi Rusharyati menyebut kondisi ini sebagai peringatan keras untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama memasuki musim penghujan.

Baca Juga: Diserbu Pencari Kerja, Job Fair Purbalingga 2025 Tawarkan Hampir Ribuan Lowongan Kerja

Dwi mengungkapkan, DBD mencatat 629 kasus dengan dua kematian, masing-masing terjadi di wilayah kerja Puskesmas Jaten dan Jumapolo. Meski Angka Kematian atau Case Fatality Rate (CFR) berada pada 0,3%, dan masih dalam batas toleransi Kementerian Kesehatan, ia menegaskan bahwa keterlambatan penanganan menjadi faktor krusial.

“Setiap kematian menunjukkan masih adanya kasus yang terlambat ditangani atau faktor lingkungan yang tidak terkendali. Masyarakat harus lebih cepat memeriksakan diri saat demam,” ujar Dwi, Kamis (20/11).

Sementara itu, penyakit Leptospirosis menunjukkan situasi lebih mengkhawatirkan. Dari 34 kasus yang tercatat, terdapat empat kematian, sehingga CFR mencapai 11,8%, jauh melampaui target nasional <1%. Kasus kematian terjadi di wilayah Gondangrejo (2 kasus), Kebakkramat (1), dan Colomadu (1). Penyakit ini banyak menyerang warga berusia di atas 44 tahun dan sangat terkait kondisi lingkungan yang berisiko tinggi.

Baca Juga: Prosfora, Band Chamber–Musical Theatre Pop Asal Yogyakarta Rilis EP 'Her Name Was Earth'

“Banyak pasien datang sudah dalam kondisi berat. Leptospirosis membutuhkan penanganan cepat. Kami minta masyarakat berhati-hati terutama yang bekerja di sawah, got, atau daerah banjir,” imbuhnya.

Dinas Kesehatan juga mencatat masih adanya puskesmas dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di bawah standar 95%, seperti Jumantono, Jatiyoso, Jaten II, Kebakkramat II, dan Jumapolo. Kondisi ini meningkatkan risiko penularan DBD, terutama saat curah hujan meningkat.

Untuk mengendalikan situasi, Dwi meminta pemerintah desa, kader kesehatan, dan masyarakat mengaktifkan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemantauan jentik berkala, serta edukasi mengenai gejala dini DBD dan Leptospirosis.

“Kunci utamanya ada pada perilaku pencegahan di rumah dan lingkungan. Upaya medis saja tidak cukup tanpa kesadaran masyarakat,” tegasnya.

Hingga laporan terbaru, tidak ditemukan penambahan kasus baru untuk Chikungunya maupun Malaria impor pada minggu ke-43. Namun, Dinkes tetap memperkuat surveilans untuk mencegah potensi penularan lokal.

Dengan curah hujan yang mulai meningkat, ia meminta masyarakat lebih waspada dan tidak mengabaikan gejala awal penyakit. (Lim)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Giliran Polisi Kosek Miras, Ratusan Botol Disita

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:30 WIB
X