SUKOHARJO, KRjogja.com – Musim panen padi pertama (MT I) di Kabupaten Sukoharjo membawa kabar gembira. Hasil panen yang melimpah berhasil diraih petani setelah berhasil menekan serangan hama tikus secara signifikan. Keberhasilan ini tak lepas dari strategi ekologis menggunakan burung hantu sebagai predator alami, serta aksi gropyokan tikus secara massal bersama petani.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryatno, menyebutkan bahwa penggunaan burung hantu oleh petani sudah berlangsung cukup lama dan terbukti efektif.
“Petani di Sukoharjo sudah sejak lama memanfaatkan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus. Dengan adanya predator alami ini, serangan tikus bisa ditekan sehingga hasil panen lebih optimal,” ujar Bagas, Sabtu (19/4/2025).
Sebagai bentuk dukungan, Dinas Pertanian bahkan membangun rumah burung hantu (rubuhan) di area persawahan, serta membuat penangkaran di Kelurahan Sukoharjo untuk menjaga dan mengembangbiakkan burung hantu.
“Setiap hari burung hantu bisa memangsa beberapa ekor tikus. Ini berdampak langsung pada populasi tikus yang terus ditekan,” lanjutnya.
Selain burung hantu, petani juga memanfaatkan ular sawah sebagai predator alami. Pemerintah mendorong pendekatan ramah lingkungan agar ekosistem tetap seimbang dan tidak bergantung pada bahan kimia.
Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto, mengingatkan pentingnya menjaga keberadaan predator alami ini dari ancaman perburuan liar.
“Kami terus lakukan sosialisasi kepada petani agar ular dan burung hantu tidak diburu. Tanpa mereka, tikus akan kembali merajalela,” tegas Jigong.
Menurut Jigong, petani di berbagai wilayah Sukoharjo telah menerapkan strategi ini secara aktif dengan membangun tempat tinggal burung hantu di sawah dan melibatkan komunitas dalam pelestarian predator alami tersebut.