Ia memberi contoh, Rustono yang dikenal sebagai produsen tempe di Jepang asal Jawa Tengah saat itu hadir sebagai narasumber konferensi. Di kesempatan itu, Rustono menceritakan bagaimana ia mengenalkan tempe di Jepang bahkan membuka cabang di berbagai negara.
"Saya berpikir makanan yang selama ini dianggap sepele ternyata sudah banyak yang melirik. Menumbuhkan sebuah pride, kebanggaan. Saya kemudian tertarik untuk mengulik pangan-pangan lokal yang lain, mulailah saya berkenalan dengan sorgum, bihun garut, dan lainnya," katanya.
Letusee, usaha kuliner yang ia kembangkan bersama temannya, Nuha, semula hanya menyediakan menu salad dan sandwich kemudian berkembang dengan membuat menu-menu sehat berbasis pangan lokal.
Ketertarikan Steffi terhadap pangan khususnya kuliner sejatinya sudah berlangsung sejak kecil dari hobinya menonton acara memasak di televisi. "Skill masak semakin terasah karena kuliah yang mengharuskan mandiri," ujarnya tertawa.
Perdalam Ilmu Pangan di Australia
Perdalam Ilmu Pangan di Australia
Ketertarikannya untuk melanjutkan studi pascasarjana salah satunya terpicu saat ia mendapatkan kesempatan mengikuti kursus singkat selama dua pekan di Universitas Griffith di Australia atas fasilitas dari Australia Awards Indonesia.
Dalam sebuah kesempatan di kursus itu, ia dan peserta yang lain dibawa ke Universitas Queensland khususnya di departemen pertanian dan ilmu pangan. “Dari kunjungan itu aku tahu, kalau salah satu komoditas ekspor terbesar dari Queensland adalah sorgum. Di Indonesia, setahuku masih sedikit yang memanfaatkan sorgum, bahkan lebih banyak hanya digunakan untuk pakan burung atau ternak," kata Steffi.
Dari situ Steffi berpikir untuk memperdalam ilmunya tentang pangan. "Saat itu aku bilang ke salah satu mentor kursus singkatku, kalau salah satu produk Letusee adalah sorgum. Aku butuh memperdalam ilmuku, ada tidak kesempatan untuk kuliah di Queensland. Aku langsung menanyakan saja saat itu,"kata Steffi terus terang kepada mentor tersebut.
Tak diduga, mentor tersebut mengatakan itu bukan hal sulit, gampang, dia akan membantu. "Karena aku kan bergerak di pangan sehat, menjurus ke pangan lokal, aku harus paham ilmunya, sisi ilmiahnya,"kata Steffi menjelaskan alasan kemudian tertarik meneruskan pendidikannya.
Maria Stephanie
Beberapa bulan kemudian ia berjumpa kembali dengan mentor tersebut dan menagih janjinya untuk kuliah di Australia. Steffi kemudian disarankan untuk mengambil master melalui jalur penelitian, bukan lewat kuliah biasa. " Di Australia ternyata memang ada jalur penelitian, jadi tidak ada tatap muka sama sekali di kelas. Saya saja pertama juga heran, ada ya kuliah yang kayak gitu," katanya tertawa.