PERJALANAN RIFALDY menjadi mahasiswa berprestasi nasional tidak mudah.Semua berawal dari penolakan demi penolakan saat mengejar jurusan impiannya. Â
Pilihan untuk berjuang itu bermula ketika Rifaldy menolak untuk masuk ke Teknik Nuklir UGM tanpa tes. Sebelum mengisi SNMPTN, Rifaldy sudah diberi pengarahan dari LIPI bahwa ia bisa lolos jika memilih Pendidikan Dokter dalam salah satu pilihan jurusannya.
Awalnya pun Rifaldy masih menempatkan cita-citanya, Pendidikan Dokter UGM, di pilihan pertama. Lalu Teknik Nuklir UGM di pilihan kedua, untuk berjaga-jaga jika impiannya meleset.
Namun idealisme dan hasil renungan pribadinya dalam beberapa hari, membuatnya mengubah jurusan untuk tidak memilih Teknik Nuklir sama sekali. Berlandaskan idealisme kegigihan dalam benaknya, ia yakin begitu saja dapat diterima di Pendidikan Dokter Universitas Hassanudin (Unhas) Makassar. Sehingga kemudian, ia berani menempatkan Kedokteran Unhas menjadi pilihan kedua dan menanggalkan impian di Teknik Nuklir.
"Kalau ditanya kenapa, saya sampai sekarang juga ga ngerti kenapa bisa mengubah memilih itu. Padahal sebelumnya sudah mantap (memilih Kedokteran dan Teknik Nuklir UGM)," ungkap Rifaldy.
Karena tak mengira akan ditolak dalam seleksi tersebut, Rifaldy sama sekali belum belajar untuk mengikuti SBMPTN. Karena berbeda dengan SNMPTN yang menyeleksi mahasiswa dengan mempertimbangkan pencapaian hasil rapor dan prestasi piagam siswa, SBMPTN dilakukan dengan tes serentak di seluruh Indonesia.
Dalam seleksi SBMPTN pun, Rifaldy jarang belajar karena sudah tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar di sekolah selepas ujian nasional. Ia pun juga tak ikut bimbingan belajar apapun. Sehingga satu-satunya kesempatan Rifaldy mempersiapkan tes, hanya dengan buku soal SBMPTN yang baru ia beli di toko buku satu minggu sebelum tes.
"Entah kenapa kemalasan saya benar-benar meningkat menjelang saat itu. Karena memang libur, dan masih memikirkan kegagalan dalam seleksi sebelumnya. Jadilah saya sudah siap dalam diri. Saya siap gagal, karena saya tidak ada usaha!," kenang Rifaldy sembari menertawakan diri sendiri.